Tanpa gembar-gembor dan tuntutan hak istimewa seperti yang sibuk Bapak Presiden dan jajaran tawarkan kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, 2 juta lebih mitra usaha angkutan online itu telah menggelontorkan investasi tak kurang dari Rp 60 triliun yang jelas-jelas menetes (trickle down) dan menimbulkan pengaruh berganda (multiplier effect) pada perekonomian kita. Perkiraan tersebut diperoleh dari investasi 2.000.000 sepeda motor dan 200.000 mobil yang rata-rata nilainya sebesar Rp 15 juta dan Rp 150 juta.
Bapak Presiden tentu bisa membayangkan berapa besar perputaran nilai usaha maupun tenaga kerja yang terserap dari aktifitas ikutan terkait keberadaan mereka.
Mulai dari industri yang memproduksi kendaraan dan suku cadang yang dibutuhkan; dealer dan toko onderdil yang menjualnya; industri jasa perawatan dan pemeliharaan kendaraannya; penyedia perlengkapan sehari-hari yang mereka butuhkan (jacket, sepatu, helm, handphone, dan seterusnya); hingga industri jasa telekomunikasi dan keuangan yang turut menikmatinya.
Penelusuran dampak positif keberadaan mereka juga dapat mudah disaksikan dari maraknya perekonomian eceran yang diberdayakan maupun dibangkitkan oleh layanan angkutan modern itu. Lihatlah gairah yang berkembang dari industri kuliner, fashion, dan lain-lain, setelah layanan angkutan online tersebut hadir.
Belum lagi jika kita memperhitungkan investasi yang digelontorkan pada perusahaan induk yang menaungi mereka (Go-Jek dan Grab). Jika sebuah perusahaan otomotif pernah membeli 2% opsi saham pada salah satu perusahaan aplikasi tersebut dengan nilai Rp 4 triliun maka setidaknya nilai keseluruhannya sudah barang tentu mencapai Rp 200 triliun.
+++
Bukankah hal tersebut menjadi sesuatu yang absurd, ketika pemerintahan yang Anda pimpin terbantu dan mengambil manfaat begitu besar dari angkutan online tersebut, justru malu-malu tapi mau mengakui keberadaannya?
Lebih tak pantas lagi ketika pemerintahan Anda terus-menerus berupaya menolak kehadirannya.
Sementara sebagian aparat jajaran pemerintahan yang Anda kuasai bersikap arogan dan menyepelekan keberadaan mereka, sebagian yang lain justru memohon-mohon agar memperoleh bantuan dan partisipasi perusahaan aplikasi angkutan online pada sejumlah aktifitas yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Bapak Presiden dapat menyaksikannya sendiri pada penyelenggaraan kompetisi sepak bola Nasional yang hari ini mereka sponsori. Atau perhelatan Asian Games yang beberapa hari lagi akan kita selenggarakan.
Menteri Keuangan Anda, Sri Mulyani Indrawati, malah menunjuk dan memberikan wewenang kepada Gojek sebagai application service provider yang menerbitkan NPWP maupun SPT PPh final bagi kelompok UMKM yang memiliki peredaran usaha Rp 4,8 miliar atau kurang, dan sehari-hari terkait dengan platform aplikasi mereka.