Kedua, tamu yang diwawancara otomatis terkait dengan topik berita yang sedang hangat dibicarakan. Mereka tak lagi diharapkan hadir semata untuk mempublikasikan kehebatan dan keberhasilannya. Tapi justru memberi penjelasan dan menjawab pertanyaan seputar permasalahan yang sedang berkembang.
Bagi sebagian pejabat, pelaksanaan siaran langsung di pagi hari justru sering dimanfaatkan untuk menghindar dari undangan wawancara yang berpeluang menampatkan mereka dalam posisi kurang nyaman. Terutama jika topik yang dibahas sensitif terhadap kebijakan kekuasaan tertinggi.
Kondisi tersebut pada akhirnya menuntut kepiawaian pewawancara dan teamnya untuk meyakinkan narasumber bersedia hadir di studio. Kondisi yang tentu sangat bertolak belakang dengan sebelumnya. Bahkan dalam hal ini, studio perlu menyediakan amplop yang berisi biaya pengganti ongkos transportasi kepada narasumber yang hadir. Padahal sebelumnya, amplop yang bertujuan sama --- dengan jumlah lembaran yang lebih tebal --- justru mengalir dari pihak yang diwawancarai atau stafnya kepada awak redaksi yang hadir di kantor mereka untuk melakukan rekaman wawancara.
+++
Jadi upaya pengendalian, pencegahan, hingga pemberantasan KKN itu memang tak mudah. Pasti tak cukup hanya dengan himbauan kesadaran, memperketat rambu, dan menebar ancaman. Tapi harus didasari sebuah proses transformasi yang dapat memperkecil atau menyingkirkan berbagai peluang yang ada. Juga melalui rekayasa ulang pelibatan wewenang dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam proses bisnisnya.
Paling tidak, saat itu hal yang belum mampu kami upayakan adalah mencegah ungkapan terima kasih 'berisi' dari narasumber kepada pewawancara atau awak redaksi lain, sesaat sebelum mereka meninggalkan studio. Ada saja yang mengundang pewawancaranya untuk bertandang ke kantornya.
"Kalau sempat mampir ke kantor, mas. Kita minum kopi sambil ngobrol."
Dalam hal ini memang hanya himbauan yang bisa dilakukan sambil memperketat pengawasan terhadap materi pertanyaan yang diajukan saat wawancara. Biasanya, 'wangi beras' mudah tercium di sana. Oh ya, 'beras' adalah sandi atau istilah sejumlah awak redaksi dulu tentang amplop-amplop berisi yang biasanya dihadiahkan nara sumber mereka.
Jika kemudian awak redaksi tersebut bertandang ke kantor pejabat yang diwawancarainya, tentu adalah hak yang bersangkutan. Selama hal tersebut tidak mengganggu tugas dan tanggung-jawabnya di kantor. Kami memang tak memiliki team pengawas khusus sejenis KPK yang mengintai gerak-gerik dan komunikasi mereka. Tapi paling tidak, kesibukan menentukan topik serta meyakinkan narasumber agar bersedia hadir setiap pagi, sebetulnya sudah cukup menyita waktu personil yang dimandatkan sebagai pewawancara utama program tersebut.
Jilal Mardhani, 28 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H