Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mencari Alternatif Kebijakan Selain Ganjil Genap pada Asian Games XVIII, Mengapa Tidak?

2 Juli 2018   14:13 Diperbarui: 2 Juli 2018   17:34 3223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, tentang layanan pengumpan atau feeder service
Keterbatasan anggaran dan kemampuan menata kota yang kacau balau menyebabkan Jakarta tak mampu mengembangkan jaringan jalan yang memadai. Secara fungsional, banyak yang sesungguhnya termasuk kategori jalan lingkungan, diperlakukan masyarakat sebagai kolektor.

Demikian pula jalan-jalan kolektor yang beralih fungsi layaknya jalan arteri. Ruasan jalan-jalan tersebut, termasuk jalan arterinya, memang banyak yang tak dirancang sejak semula untuk menjadi bagian lintasan utama angkutan umum massal. Akibatnya, dipaksakan bagaimanapun, lintasan-lintasan angkutan umum massal yang mampu menyediakan kapasitas angkut besar seperti BRT, tentunya sangat terbatas.

Tentu saja, sebagian besar masyarakat membutuhkan layanan pengumpan (feeder service) untuk menjangkaunya. Hal inilah yang hingga hari ini belum tersentuh secara memadai sehingga jumlah pengguna BRT (Transjakarta), meskipun telah beroperasi pada 13 koridor pelayanan, jauh di bawah kapasitas angkut yang disediakannya.

***

Apakah kebijakan pembatasan lalu lintas ganjil-genap ini secara agregat akan berhasil?

Saya meragukannya. 

Paling tidak, imbas pertama adalah dalam hal dukungan dan simpati masyarakat. Terlalu banyak pengorbanan yang harus mereka lakukan. Apakah kebijakan tersebut adalah yang terbaik untuk menjamin kelancaran perjalanan sekitar 15 ribu atlet dan official negara-negara peserta Asian Games dari pemondokan mereka ke stadion-stadion olahraganya?

Tentu sangat berlebihan jika 15 ribu tamu yang ingin berlalu lalang, harus mengorbankan jutaan perjalanan "wajib" yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Data yang saya pernah saya peroleh dari salah seorang staf BPTJ menunjukkan, hari ini setidaknya sekitar 20 juta perjalanan berlangsung di dalam wilayah administrasi DKI Jakarta. 

Jika wilayah Ibu Kota tersebut di bagi ke dalam 8 zona besar, di antaranya pusat kota, sekitar pusat kota (intra urban), selatan, tenggara, barat, timur, utara (Pluit dan Ancol), dan pelabuha. Sekitar 2/3 atau lebih perjalanan berlangsung di dalam zona-zona itu. Sementara kebijakan pembatasan lalu lintas ganjil-genap (walaupun hanya melintas pada sebagian kecilnya) tentu akan berpengaruh pada mobilitas mereka.

Jaringan prasarana jalan di masing-masing zona yang tak terkena kebijakan ganjil-genap, tentu akan dipadati kendaraan yang melintas karena mencari rute alternatif. Sementara, sebelum kebijakan tersebut diberlakukan pun, jalan-jalan raya itu sudah padat dan kerap macet.

Pihak yang berwenang (sesuai dengan pemberitaan pada Koran Tempo beberapa hari terakhir ini) memang merencanakan penambahan armada bus (204 siaga mengangkut masyarakat yang terkena dampak dan 76 yang melintasi lokasi pertandingan. Dilansir dariKoran Tempo, 26 Juni 2018) pada koridor-koridor Transjakarta. Tapi, berapa banyak yang mampu diangkut armada tersebut selama kebijakan ganjil-genap yang berlangsung Senin hingga Minggu, dari jam 6:00 pagi hingga 9:00 malam itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun