Kebijakan lain yang kelihatannya ingin diusulkan menyangkut rencana penutupan sejumlah pintu tol dan pembatasan kendaraan barang. Sungguh sebuah pertaruhan yang sangat beresiko.
+++
Jika penginapan atlet yang lokasi gelanggang pertandingannya bukan di Gelora Bung Karno --- juga yang berada di sekitar Kemayoran --- dapat didekatkan maka perjalanan yang perlu dicarikan jalan keluar agar tetap dapat ditempuh kurang dari 30 menit, tentu akan lebih sedikit. Yakni perjalanan dari Wisma Atlet ke Glora Bung Karno itu saja.
Dengan demikian, bukankah kebijakan manajemen lalu-lintas dapat dikerucutkan pada salah satu lintasan saja?
Mengapa tidak mempertimbangkan kebijakan lintasan khusus dan pembatasan lalu-lintas cukup dilakukan pada jalan arteri yang menghubungkan Wisma Atlet dengan Gelora Bung Karno (alternatif #1)?
Berkaitan dengan penyelenggaraan Asian Games ini, lajur khusus untuk kendaraan yang ditumpangi atlet pada sebagian lintasan itu dapat diterapkan sehingga menerus hingga Jl. Thamrin. Dengan kata lain, lintasan Asian Games tak perlu lagi berbelok ke Senen Raya, Lapangan Banteng Selatan, Gambir, Merdeka Utara dan Merdeka Timur. Tapi langsung memotong Jl. Keramat Kwitang, lalu ke jl. Kebon Sirih, sebelum berbelok ke selatan pada jalan Thamrin. Penghematan jarak tempuh yang dilakukan kurang lebih sepanjang 3 kilometer sehingga lintasan menjadi hanya 15 kilometer.
Seandainya diperlukan, kebijakan ganjil-genap --- meski selama 24 jam sekalipun --- dapat diterapkan pada ruas Sudirman Thamrin sekarang. Begitu juga Suprapto, Keramat Kwitang dan Kebon Sirih. Bahkan bagian tengah ruas jalan tersebut (khususnya Kebon Sirih) dapat disiapkan khusus sebagai lintasan kontingan Asian Games dengan sistem 2 arah.
Pendekatan tersebut akan lebih memudahkan pengerahan petugas untuk mengamankan lintasan yang akan dilalui. Dengan demikian, pengertian masyarakat untuk menyesuaikan kebutuhan perjalanan lebih dimungkinkan. Sebab, wilayah yang terdampak dapat dilokalisir pada bagian kecil Jakarta yang sudah sangat sibuk ini.
+++
Mengurus transportasi memang tidak mudah. Jadi sebaiknya jangan buru-buru menyederhanakan. Apalagi jika tidak memahami konsepsi dan dinamika komponen-komponen yang terlibat.
Buktinya, Jakarta terus semakin kacau dan semerawut, bukan?