Akhir-akhir ini sedang ramai dibicarakan soal utang negara.
Sebelum ke mana-mana, mari kita samakan dulu persepsi paling mendasar yang terkait dengan suatu utang-piutang.
Pertama dan terpenting di atas segala-galanya: permohonan berutang tak mungkin disetujui pihak yang mengutangkan ---selanjutnya kita sebut kreditur--- jika kemampuan melunasi yang bersangkutan diragukan.
Soal jaminan adalah hal lain dan bukan pertimbangan pertama, meskipun nilai yang diberikan jauh di atas jumlah pinjaman. Apalagi jika yang dijaminkan tak liquid alias mudah dicairkan. Misalnya seperti logam mulia, sertifikat deposito, atau kepemilikan saham pada perusahaan yang sudah terdaftar di pasar modal.
Jadi, jika Anda bisa memperoleh pinjaman, artinya kreditur percaya Anda mampu mengembalikan dan memberi manfaat yang lebih besar, atau keuntungan, kepada mereka. Tak ada pihak yang sesungguhnya meragukan kemampuan Anda, tapi tetap bersedia memberi pinjaman.
Siapa sih yang mau rugi di dunia ini?
+++
Sesungguhnya, para pemberi pinjaman juga rajin memantau perilaku Anda. Jika gaya hidup Anda sehari-hari tak tertib, konsumtif, dan sering berfoya-foya maka akan mempengaruhi persetujuan permohonan pinjaman yang diajukan. Sebagai sejawat yang senasib dan sepenanggungan, para kreditur satu dengan yang lain saling bertukar informasi. Jadi Anda semakin sulit berbohong atau menyembunyikan fakta kemampuan yang sebenarnya.
Singkat kata, itulah peran yang dimainkan lembaga-lembaga yang kerjanya memberi peringkat itu. Mereka meletakkan "label" soal kapasitas, kapabilitas, dan bonafiditas kita.
Jadi, agar bisa dan dipercaya menerima pinjaman itu, sesungguhnya bukan hal yang mudah. Bersyukurlah jika masih ada yang bersedia. Ingatlah selalu hal pertama dan terpenting sehingga pinjam-meminjam dapat berlangsung, sebagaimana dijelaskan pada bagian paling awal di atas.
Sekarang kita kupas soal peruntukan pinjaman.