Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perihal Jokowisme

21 Februari 2018   17:12 Diperbarui: 21 Februari 2018   17:21 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak banyak pasangan orangtua yang mampu mendidik dan memberi tauladan kepada anak-anaknya, untuk mempertahankan jarak dengan segala kezaliman yang berlangsung di era kekuasaan Suharto. Sebaliknya, banyak yang mengaminkannya sebagai keniscayaan. Mulai dari menyisihkan kepentingan/ keuntungan pribadi hingga menyediakan biaya-biaya tak resmi yang menyertai berbagai hajat kehidupan. Berkolusi atau kerjasama sesat yang sesungguhnya bentuk pengkhianatan atas suatu amanah yang jelas-jelas merugikan kepentingan umum. Hingga perlindungan dan kemudahan yang ditawarkan oleh laku nepotisme.

Maka kemunafikan akhirnya meraja lela. Bahkan dalam berbagai hal, banyak yang telah diformalisasikan secara konstitusional. Setidaknya, dianggap dan telah diterima sebagai kewajaran yang hampir mutlak.

Lalu segala sesuatu yang berbeda atau menyimpang dari 'kebiasaan' yang terlanjur mengakar selama ini, dipandang sebagai hal yang aneh. Bahkan mustahil.

Kenyataan itu sesungguhnya sangat menyakitkan. Sebab, dimana-mana hampir tak ada ruang yang tersisa, untuk mempercayai ikhtiar tulus dan murni dari mereka yang ingin mengubah semua kekeliruan itu. Segala upaya sungguh-sungguh dan sepenuh hati, dari mereka yang ingin memperbaiki keadaan dan mengangkat harkat martabat bangsa, justru selalu dicurigai sebagai hasrat dan kepentingan yang sempit. Bahkan pribadi.

Sebab, segala yang buruk, cacat, dan menyimpang, telah banyak dianggap demikian adanya dan semestinya.

###

Ini adalah tentang sesuatu yang telah berurat-mengakar, bahkan merasuk pada setiap celah keseharian hidup kita. Bangsa yang dididik dan terbiasakan untuk mengkerdilkan makna gagasan, upaya, dan proses. Mereka yang selama ini terlena lautan sebagai kolam susu. Tongkat dan kayu pun diyakini selalu menjadi tanaman.

Kita bahkan tak mampu lagi membaca peluang yang disediakan perkembangan dan kemajuan peradaban dunia. Tapi justru menampiknya kecuali untuk berbagai pemuas nafsu yang sempit dan picik. Menebar fitnah dan bergunjing soal pesimisme adalah diantaranya.

###

Bangsa ini memang sekarat. Ia mendambakan sang juru selamat yang sepenuhnya telah selesai dengan diri sendiri. Martir yang ikhlas dan bersedia mengorbankan jiwa maupun raganya. Bukan hanya untuk merevolusi mental seluruh manusianya. Tapi juga tatanan dan berbagai kelaziman bermasyarakat yang terzalimi selama ini.

Sesuatu yang hanya mungkin terjadi melalui pemisahan yang tegas antara berbangsa dan bernegara, dengan keimanan dan beragama yang sifatnya sangat pribadi itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun