Tapi semua itu tetap bukan sebuah alasan untuk mengembalikan peran kekuatan bersenjata untuk mencampurinya. Aksi kartu kuning mahasiswa UI saat Joko Widodo hadir pada Dies Natalis mereka kemarin, salah satunya adalah ingin memperingatkan beliau tentang hal tersebut. Sebagai bagian dari masyarakat sipil, semestinya kita dapat menghargai substansi pesan yang disampaikannya.
###
Mungkin, kesalahan terbesar kita setelah Reformasi 1998 yang menyingkirkan ABRI dari kehidupan sipil, adalah "menyerahkan" begitu saja segala-galanya proses reformasi itu pada birokrasi PNS yang memang terlanjur bobrok.
Hal itu justru "dimanfaatkan" oleh mereka (partai dan oknum politik) yang sibuk membangun kekuasaannya. Agenda kehidupan masyarakat sipil yang demokratis malah terpinggirkan dan hanya menjadi asesoris.
Lalu semua justru terkejut ketika muncul sosok-sosok seperti Ahok dan Jokowi yg sungguh-sungguh ingin membangun kehidupan masyarakat sipil. Pertikaian semakin liar justru berkembang di antara kalangan sipil sendiri. Disengaja atau tidak, semua itu membuka peluang campur tangan militer kembali. Tentu saja dengan cara "berputar-putar" serta atas nama ketertiban dan keamanan. Sewajarnya kita sikapi dengan hati-hati.
Jilal Mardhani, 7 Februari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H