Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Program Televisi yang Kosmopolis Ndeso

28 Juli 2017   01:33 Diperbarui: 6 Agustus 2017   22:40 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

+++

PELAJARAN #1:

Proses menetapkan pilihan merupakan hal yang sangat menarik yang kami alami waktu itu. Sesuai idealisme corak dan karakter yang diusung sejak semula RCTI berdiri, pilihan yang pertama membutuhkan kecerdikan, ketekunan, hingga modal kerja yang tak sedikit. Meskipun hasil yang dijanjikan akan luar biasa, tapi upaya yang harus dilakukan membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang tinggi karena panjangnya rentang waktu yang harus dilalui untuk mewujudkannya. Tentu saja tetap disertai peluang gagal dan keliru yang tak bisa diabaikan begitu saja.

Meski demikian, sesungguhnya kesempatan berhasil menjadi "Kebanggaan Bersama Milik Bangsa" cukup menjanjikan.

Pertimbang yang pertama (pada tayangan yang berlangsung siang hari) RCTI adalah sang minoritas yang ingin menggerus dominasi TPI yang mayoritas. Jika salah satu mengambil posisi menyerang maka yang lain bersikap bertahan.

Mengapa TPI tidak melakukan hal sebalknya. Yaitu menyerang?

Sebab --jika mereka melakukan strategi 'menyerang'-- maka artinya harus masuk ke arena permainan yang ditawarkan RCTI melalui strategi 'investasi mengembangkan pasar' yang dipilihnya. Hal tersebut tentu akan 'memaksa' TPI melakukan hal yang sama agar wajah 'ndeso'-nya bermetamorfosa menjadi 'ndeso yang kosmopolitan'. Tentulah pilihan tersebut -- sebagaimana pembahasan panjang yang dilakukan RCTI sebelum mengambil salah satu dari 2 pilihan strateginya --sama sekali bukan hal yang mudah dilakukan.

Pertimbangan kedua yang meyakinkan keberhasilan pilihan strategi 'investasi mengembangkan pasar' adalah kesenjangan 'kasta' antara 'kosmopolis' dan 'ndeso'. Secara umum, tak ada yang 'kosmopolis' ingin menjadi 'ndeso' sementara semua yang 'ndeso' tentu ingin jadi 'kosmopolis', meski akhirnya menjadi 'ndeso yang kosmopolis' sekalipun.

Artinya, peluang yang 'ndeso' berubah jadi 'kosmopolis' terbuka. Sebaliknya keinginan yang 'kosmopolis' jadi 'ndeso' semestinya tertutup.

+++

PELAJARAN #2:

Ketika itu, sesungguhnya yang paling dibutuhkan adalah kehadiran negara sebagai 'ibu' atau 'orang tua' bagi seluruh warga, tanpa kecuali. Semua mestinya diperlakukan sebagai 'anak kandung'. Tak ada yang 'tiri' ataupun 'adopsi'.

Negara yang layaknya 'ibu' atau 'orangtua' akan mencintai seluruh anak-anaknya dengan sepenuh cinta-kasih. Ia menasehati yang 'kosmopolis' agar menjadi 'kosmopolis yang ndeso' sedangkan yang 'ndeso' didorongnya menjadi 'ndeso yang kosmopolis'. Sebab pada pandangannya, semangat 'kosmopolis' tetap harus berdiri tegak di atas akar budaya luhur 'ndeso' yang kokoh. Sementara sebaliknya, adat-istiadat dan nilai-nilai 'ndeso' harus ditumbuh-kembangkan agar mampu berdiri-sama-tinggi-dan-duduk-sama-rendah dengan kaum 'kosmopolis' tanpa harus kehilangan jati diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun