Siapa yang bisa mengganti garis turunan saya yang berdarah Tapanuli menjadi Cina?
Apakah kalian akan memeluk agama yang kalian yakini sekarang jika bukan lahir dari pasangan bapak-ibumu yang beriman pada hal yang sama?
Satu-dua hijrah yang terjadi --- dari muslim ke kristen, budha, katolik, hindu, atau yang lain, dan sebaliknya --- hanyalah pengecualian yang tak mungkin digeneralisasi sampai ada Lebaran Kuda nanti kan?
Mengapa kita terus dan semakin asyik berbantahan --- bahkan bernafsu saling mengenyahkan --- untuk menafikan kodrat keberagaman hidup yang niscaya itu?
+++
Hal yang paling celaka, pengabaian kodrat kebersamaan kita justru hampir merata. Bukan hanya pada masyarakat luas yang memilih tapi juga segelintir yang dipilih karena 'memiliki kelebihan' itu.
Mereka semua memilih jalan pintas kehidupan preman!
Semua 'kelebihan' yang dimiliki malah digunakan untuk meniadakan satu dengan yang lain. Bukan lengkap-melengkapi. Tidak saling mencerahkan. Padahal, pasti tak ada kesempurnaan yang mampu dikuasainya sendiri.
Kemarin saya coba mengilustrasikan lewat 'dialog imajiner' yang berlangsung diantara 3 pasangan calon Gubernur DKI hari ini. Betapa sesungguhnya tergambar jelas di sana kerumitan persoalan yang dihadapi Jakarta yang tak mampu diselesaikan melalui gagasan pasangan calon secara sendiri-sendiri. Dari sudut pandang disiplin ilmu tata ruang dan management perkotaan yang tersirat di sana, sesungguhnya terlihat jelas, tak ada pemikiran pasangan calon yang telah mengemuka selama ini, mampu menjangkau esensi persoalan mendasar yang diungkapkan. Dari apa yang kita sama-sama saksikan dan ketahui, semua kandidat masih disibukkan dengan upaya 'pemadaman kebakaran' yang sedang terjadi. Itupun masih diragukan efektifitasnya. Semua belum menjangkau pemikiran dan gagasan antisipatif agar mampu menghindar dari 'kebakaran' baru yang kelak mungkin lebih dahsyat.
Ternyata para preman itu terlanjur asyik mengintimidasi. Mereka betul-betul abai, lalai, bahkan sengaja menistakan 'kelebihan yang dimilikinya'. Semakin jauh dari cita-cita menyelenggarakan kehidupan bersama dan kemanusiaan yang lebih baik.
Omong kosong!