Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Budi Karya dan Operasi Tangkap Tangan: Efektivitas Proses Transformasi

13 Oktober 2016   08:07 Diperbarui: 13 Oktober 2016   16:47 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Perhubungan Budi Karya (dokumentasi MBM Tempo)

Transformasi merupakan proses bertahap yang perlu dan harus dilalui untuk menuju keadaan yang dicita-citakan. Sebab, perubahan kebiasaan, prilaku, dan 'adat istiadat' sangat sulit — bahkan tak mungkin — terjadi seketika. Deviasi (penyimpangan) tentunya hal yang lazim. Sebab, tidak semua komponen yang terlibat memiliki tekad, pemahaman, dan kemampuan yang sama dan sempurna. Justru disanalah perlunya kehadiran dan peran seorang pemimpin. Mulai dari memberikan tauladan, mengayomi, mendampingi, memotivasi, mengarahkan, mendengarkan, menegaskan, dan seterusnya, hingga 'menjaga' dan 'melindungi' tekad, semangat, serta keyakinan jajarannya melakoni proses tranformasi itu. Tujuannya agar deviasi atau penyimpangan dari sasaran-sasaran yang dicanangkan terjadi seminim mungkin dan masih dalam batas-batas toleransi yang ditetapkan.

Pada oganisasi yang melakukan transformasi selalu saja ada yang meragukan tekad dan keyakinan terhadap perubahan yang didambakan. 

Ada yang menganggapnya omong kosong sehingga cara dan kebiasaan lama tetap dilakoni. Mereka mempertahankan prilaku tak semestinya dengan menyesuaikan diri pada kebijakan dan tata cara baru yang sesungguhnya dirancang agar praktek-praktek lancung sebelumnya tak berlangsung lagi.

Ada pula yang ragu

Bagaimana jika nanti pimpinan dan rezim berganti? Apakah berbagai perubahan yang dilakukan saat ini tetap bertahan? Tidakkah nanti akan kembali pada situasi yang lama? Jika demikian, bukankah nanti dirinya akan teraliniasi dari yang lain? Bagaimana nasib mereka kelak jika rezim kepemimpinan yang baru nanti kembali pada budaya yang lama?

Maka keraguan demikian pada akhirnya akan mempengaruhi kesungguhan kelompok ini melaksanakan proses transformasi yang dilakukan. Budi Karya akan kesulitan untuk berharap mereka berdiri pada barisan terdepan. Sebab mereka cenderung memilih posisi 'penggembira' semata.

Pada kedua kelompok inilah kekhawatiran efektifitas cara pengungkapan praktek pungli dengan menggunakan 'tangan' aparat kepolisian yang dilakukan Menteri Budi Karya kemarin. Niat baik dan bekerja jujur saja memang tak cukup. Tapi juga diperlukan kecerdasan dan hati. Bahkan cinta yang tulus (love and passion) merupakan syarat pertama dan utama. Sebab, organisasi yang dipimpin adalah keluarganya juga.

Saya memang tak memiliki data akurat tentang jumlah kelompok pertama (mereka yang tidak ingin berubah), kelompok kedua (mereka yang meragukan), dan kelompok ketiga (mereka yang percaya dan setuju dengan perubahan) di lingkungan Departemen Perhubungan maupun institusi birokrasi lainnya. Tapi sangat mungkin keberadaan 2 kelompok pertama cukup — bahkan mungkin sangat — dominan dibandingkan yang terakhir. 

***

Proses transformasi merupakan pekerjaan rumah Joko Widodo dan Jusuf Kalla beserta seluruh jajarannya jika sungguh-sungguh menginginkan budaya kerja mewujud di lingkungan birokrasinya. Change management atau ‘pengelolaan perubahan’ merupakan hal strategis yang harus dilakoni agar revolusi mental yang dicanangkan berlangsung efektif.

Jadi, transformasi dan change management memang bukan urusan Budi Karya semata. Tapi juga seluruh menteri dan pimpinan tertinggi institusi-institusi pemerintahan yang berada di bawah kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Saya tak tahu apakah para menteri dan pimpinan lembaga-lembaga pemerintah sekarang mempunyai agenda rutin untuk bertukar gagasan, fikiran, dan pengalaman soal proses transformasi di lingkungannya masing-masing. Hal ini jelas sangat diperlukan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun