Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Like!

2 Juni 2016   22:49 Diperbarui: 2 Juni 2016   22:55 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fobia dan hasutan sesat itu seperti fanatisme pada sekelompok manusia terhadap keyakinannya hingga menganggap mereka yang lain dan tak sejalan sebagai kafir, pendusta, dan sesat yang layak disingkirkan.

***

Di group sosial media yang lain, seorang rekan meneruskan artikel Derek Manangka (DM). Wartawan yang juga sudah senior ini memang rajin menuliskan pemikirannya pada page khusus facebook dengan judul Catatan Tengah.

Artikel itu menceritakan soal undangan kepada Joko Widodo, presiden Republik Indonesia sekarang, untuk menjadi pembicara utama pada pertemuan G7 di Jepang. DM membandingkannya dengan upaya Soeharto yang gagal tampil berbicara di forum negara-negara superkaya tersebut untuk membawakan mandat 110 negara non blok yang saat itu diwakilinya. Padahal, pada tahun 1993 itu, ia sudah tiba dan berada di sana.

Saya teringat pada salah satu notifikasi yang muncul di akun facebook. DM mengirimkan undangan untuk memberi ‘like’ pada Catatan Tengah yang diasuhnya. Dan undangan itu saya memang pernah saya terima.

Dan kemarin, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila yang selalu kita peringati, DM menulis Catatan Tengah soal pidato Yapto Soerjosumarno pada acara silaturahmi Purnawirawan TNI dan Ormas tanggal 13 Mei 2016 yang diunduh di Youtube.

Tulisan itu terlalu ke tengah, berada di antara arus interpretasi dan pemahaman yang mengalir kencang. Ibarat jalan raya, resiko tertabrak arus kendaraan yang melaju kencang sangatlah tinggi.

Lalu, pada tautan yang mengulas video pidato Pimpinan Pemuda Pancasila itu saya menuliskan komentar kepada DM:

Sorry bung Derek Manangka, saya terpaksa batalkan 'like' pada page 'catatan tengah' yang Anda undang itu.

***

Rasanya saya pernah membaca - atau mungkin mendengar langsung penjelasannya - Catatan Pinggir dimaksudkan seperti catatan-catatan kecil yang sering dituliskan pada bagian kosong halaman-halaman buku yang sedang kita baca. Semacam pertanyaan, kesimpulan, pemikiran, dan sejenisnya yang belum selesai terhadap pemahaman yang berkembang setelah membacanya. Mungkin memang tak pernah selesai. Tapi catatan yang dipinggir itu tak ditulis di tengah-tengah hingga mengaburkan teks yang ditimpanya. Bahkan mungkin tulsan asli yang memicu lahirnya catatan yang ditulis di tengah sama sekali sudah tak bisa terbaca lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun