Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

The Masters 2016 - Drama Tragis Jordan Spieth

11 April 2016   13:01 Diperbarui: 11 April 2016   13:08 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jordan Spieth @ The Masters, 2016 (koleksi pribadi)"][/caption]The Masters Tournament merupakan satu dari 4 kejuaraan utama untuk pemain golf profesional papan atas dunia. Tiga turnamen lainnya adalah US Open, The Open Championship, dan PGA Championship.

The Masters Tournament memiliki keunikan dibanding ketiga kejuaraan yang lain karena selalu diselenggarakan pada padang golf yang sama, Augusta National Glof Club yang terletak Augusta, Georgia, USA.

Turnamen paling bergengsi itu memiliki sejumlah tradisi yang masih terpelihara hingga hari ini. Setiap tahun, juara sebelumnya akan memakaikan sebuah jas yang berwarna hijau (green jacket) kepada pemain baru yang berhasil menjuarai. Sang juara baru diperkenankan untuk membawa dan mengenakan jas hijau tersebut keluar dari club hingga satu tahun kemudian. Lalu, sebelum turnamen berikutnya digelar, sang juara harus mengembalikan jas hijau itu ke club house untuk disimpan bersama jas-jas yang pernah dikenakan juara-juara sebelumnya di sebuah ruang khusus.

Hingga saat ini, Para anggota dewan The Augusta National Golf Club selalu mengadakan jamuan makan malam bersama para juara The Masters Tournament tahun-tahun sebelumnya pada hari Selasa sebelum kejuaraan yang baru dilangsungkan. Kompetisi tahunannya sendiri selalu diselanggarakan pada setiap minggu penuh yang pertama di bulan April.

Pemain golf yang bertanding di The Masters Tournament memang lebih sedikit dibanding ketiga yang lain. Hal tersebut karena kompetisi ini hanya diselenggarakan bagi mereka yang terpolih dan diundang oleh the Augusta National Golf Club.

Padang golf Augusta sendiri merupakan rancangan Bobby Jones, pemain golf legendaris Amerika yang pertama, bersama arsitek Alister MacKenzie. Bobby Jones pula yang pertama kali melakukan inisiatif untuk menyelenggarakan The Master Tournament di padang golf itu bersama dengan Clifforts Robert, mitra kerjanya yang juga seorang pialang investasi Amerika masa itu (1894 - 1977).

The Masters Tournament tahun 2016 berlangsung tanggal sejak Kamis, 7 April 2016 lalu, dan berakhir pada hari Minggu petang, 10 April 2016 di pesisir timur Amerika Serikat (pagi hari 11 April 2016 sekitar jam 6:00 WIB).

Dan sebuah drama menegangkan baru saja berlangsung beberapa jam yang lalu.

***

Jordan Spieth mencengangkan dunia ketika menjuarai The Masters 2015. Ia menjadi pemain pertama yang berhasil membukukan angka 130 untuk 2 putaran pertama kejuaraan itu (14 di bawah par). Rekor sebelumnya dipegang oleh Raymond Floyd yang mencetak 13 di bawah par (131) pada tahun 1976. Ia juga hampir mencetak prestasi pertama mencetak angka 19 di bawah par untuk 4 putaran final yang berlangsung pada The Masters tahun itu. Sayang, pada lubang terakhir (hole 18) ia meperoleh bogey sehingga hanya mencetak 18 di bawah par, sama dengan rekor yang sudah dipegang Tiger Wood sebelumnya.

Pada perhelatan The Masters 2016 yang baru berlangsung, para penggemar olahraga golf kembali menyaksikan keperkasaan Jordan. Pada putaran pertama yang berlangsung hari Kamis 7 April 2016 lalu, ia berhasil membukukan nilai 6 di bawah par (66). Sementara Danny Willett hanya berada pada peringkat 9 (T-9) bersama-sama dengan Rory McIlroy, Billy Horschel, dan Scott Piercy.

Jordan tetap unggul pada hari putaran kedua, Jumat 8 April 2016. Meski hari itu ia bermain 2 di atas par, akumulasi nilai akhir yang dibukukannya (4 dibawah par) masih terbaik dibanding yang lain. Rory McIlroy yang sehari sebelumnya berada di peringkat 9 bersama Danny Willett dan 2 golfer lainnya, berhasil membayangi Jordan di peringkat kedua dengan perolehan angka 3 di bawah par.

Pada hari kedua itu, Danny Willett masih bertengger di urutan ke 8 (T-8) bersama 7 peserta lainnya (Kiradech Aphibarnrat, Bryson DeChambeau (a), Dustin Johnson, Daniel Berger, Sergio Garcia dan Shane Lowry).

Memasuki hari ketiga, para penggemar Spieth mulai bernafas lega ketika menyaksikan bintang muda, cemerlang, dan berbakat yang lahir di Dallas, Texas, tanggal 27 Juli 1993 itu membukukan nilai 6 dibawah par saat memasuki lubang ke 17. Unggul 4 pukulan dari Smylie Kaufman yang berada di urutan kedua. Spieth yang muda tapi santun dan memiliki semangat bertanding dan motivasi menjadi terbaik yang tinggi itu, membukukan nilai bogey (satu pukulan di atas par) dan double bogey (2 pukulan di atas par) pada lubang ke 17 dan 18. Ia menutup hari ketiga dengan nilai 3 di bawah par dan tetap unggul di posisi teratas.

Danny Willett yang lebih konsisten menjaga perolehan nilai akhir dari satu putaran ke putaran berikutnya, berhasil memperbaiki posisi ke peringkat 5 (T-5) bersama dengan Dustin Johnson dan Jason Day, masing-masing membukukan akumulasi nilai 0 (even par).

Puncak drama di Augusta itu berlangsung pagi tadi.

Ketika Jordan Spieth mengayunkan langkah menuju lubang ke sepuluh, siapapun yang menyaksikan tayangan langsung pertandingan itu - terlebih lagi penggemar fanatiknya - akan bersawasangka bahwa ia akan kembali mengenakan jas hijau di akhir pertandingan nanti. Anak muda itu membukukan pukulan birdie pada 4 lubang terakhir (6, 7, 8, dan 9) sehingga akumulasi nilainya tercatat 7 di bawah par! Sementara Danny yang terpaut 3 lubang di depan Jordan13 masih terpaut 5 pukulan. Ketika melangkahkan kaki menuju lubang 13, sang Englishman berada di urutan kedua dengan nilai 2 di bawah par.

Jordan dan Danny memang tidak bermain pada flight yang sama. Sesuai urutan nilai pada hari sebelumnya, Danny Willett mendapat giliran memulai permainan terlebih dahulu. Jordan baru memulai permainan ketika Danny akan memasuki lubang keempat.

Drama itu terjadi. Jordan membukukan bogey (1 pukulan di atas par) secara berturut-turut pada lubang ke 10 dan 11. Pada saat bersamaan, Danny-pun membukukan birdie (1 pukulan di bawah par) secara berturut-turut pada lubang 13 dan 14. Memasuki lubang 12, nilai yang diperoleh Jordan (5 di bawah par) tinggal terpaut 1 pukulan dengan Danny yang telah mencetak angka 4 di bawah par saat melangkahkan kaki ke lubang 15.

Pembawa acara dan komentator saluran Fox Sport dimana tayangan itu berlangsung mengatakan bahwa saat itu - di tengah keseriusan bertandingan pada lubang masing-masing - baik Jordan maupun Danny sama-sama tidak mengetahui apa yang sedang berlangsung dan terjadi dengan rivalnya. Keduanya hanya berkonsentrasi penuh pada lapangan yang sedang ditaklukkan : memilih tongkat yang harus digunakan, menentukan arah kemana bola yang dipukul ingin ditempatkan, memahami hambatan-hambatan yang ada, membaca kontur lapangan agar ketika bola yang dipukul mendarat nanti dapat bergulir ke arah yang diinginkan, dan seterusnya.

Ketegangan persaingan yang ketat itu justru hanya bisa disaksikan oleh pemirsa yang menyaksikan tayangan langsungnya di televisi. Gambar yang disajikan silih berganti antara penampilan Jordan dan Danny. Sesekali diselingi dengan gambar lainnya yang dianggap pengarah acaranya menarik untuk diketahui pemirsa.

Caddy atau mitra yang mendampingi mereka masing-masing - saat mereka masih berkonsentrasi menaklukkan lubang yang dilalui - tak mungkin membisikkan apa yang terjadi pada pemain lain yang menjadi saingannya. Hal itu tentu akan mengganggu konsentrasi maupun emosi. Dalam golf rasa gembira maupun jengkel acap mempengaruhi permainan. Tentang nilai yang dicapai pemain lain baru akan terlihat melalui Leader Board sesaat sebelum memulai pukulan di lubang berikutnya.

Prahara itu lalu terjadi dii lubang 12 yang hanya par 3!

Spieth 2 kali gagal melakukan pukulannya dan masuk ke kolam air. Ia terkena 2 pinalti sehingga mengakhiri permainannya pada lubang ini dengan 7 pukulan atau 4 pukulan di atas par (quadruple bogey)! Artinya, nilai sementara Spieth ketika memasuki lubang 13 telah melorot tinggal 1 di bawah par sementara Willett yang berhasil membukukan par pada lubang 15 masih mempertahankan nilai 4 di bawah par ketika melangkah ke lubang 16.

Jordan Spieth pasti kecewa. Entah apa yang terjadi hingga ia melakukan kesalahan begitu fatal pada lubang 12 yang tingkat kesulitannya lebih rendah di banding lubang-lubang yang lain itu. Apakah yang telah mengganggu pikiran, emosi, atau konsentrasinya? Padahal, jika ia hanya bermain aman niscaya tak terlalu sulit untuk membukukan maksimal bogey pada lubang tersebut!

Danny kemudian seperti mendapat format terbaiknya. Di lubang ke 16 ia kembali membukukan birdie. Lalu bermain hampir tanpa cela pada 2 lubang terakhir sehingga membukukan par dan menutup putaran akhirnya pada turnamen The Masters 2016 dengan nilai 5 di bawah par.

Jordan Spieth yang masih menyisakan 6 lubang lagi setelah kecelakaan yang sangat menyakitkan hati di lubang 12 itu, berusaha bangkit. Ketika Willett membukukan birdie di lubang 16, ia juga membukukan nilai yang sama di lubang 13. Selisih nilai Spieth tinggal terpaut 3 pukulan lagi. Ketika Willett menutup permainannya di lubang ke 18, Spieth berhasil memperbaiki nilainya menjadi 3 di bawah par setelah membukukan birdie pada lubang 15.

Spieth masih memiliki peluang mengejar ketertinggalannya di 3 lubang terakhir. Setidaknya, jika ia berpeluang besar membukukan birdie di lubang 16 yang par 3. Lubang dimana Willett sebelumnya terakhir kali memperbaiki nilainya hingga menjadi 5 di bawah par. Dan Spieth memang berhasil menempatkan bolanya tak jauh dari lubang. Mungkin sekitar 4-5 kaki.

Mereka yang menyaksikan tercekat. Berharap Spieth berhasil memasukkan bola ke lubang pada pukulan kedua, membukukan birdie, lalu memperkecil selisih nilai dengan Willett tinggal 1 pukulan. Jika demikian, peluang keberuntungan untuk mendapat 1 birdie lagi di 2 lubang terakhir, 17 dan 18, masih ada. Meskipun keduanya dikenal sulit. Spieth sendiri mencatatkan bogey dan double bogey pada kedua lubang ini di putaran ketiga kemarin!

Tapi Jordan Spieth gagal memenuhi harapan itu!

Harapannya memudar. Pada lubang 17, ia bahkan tak mampu menempatkan pukulan kedua di green. Bolanya masuk ke kubangan pasir (bunker) dan akhirnya kembali membukukan bogey. Drama telah berakhir disini dan hampir memastikan Danny Willett sebagai The Second Englishman yang menjuarai The Masters!

[caption caption="The Masters 2016 - Jordan Spieth Score Board"]

[/caption]

[caption caption="The Masters 2016 - Danny Willett Score Board"]

[/caption]***

Golf sesungguhnya olahraga yang menguji intelektualitas pelakunya. Tak hanya berkait dengan nuansa-nuansa yang membutuhkan tingkat konsentrasi, kesabaran, dan konsistensi yang tinggi. Tapi juga karakter dan moral yang sempurna.

Maka layaklah jika dikatakan tak banyak jenis olahraga yang memiliki kadar pengujian etika dan metafisika seperti golf. Inilah permainan yang didefinisikan oleh dikotomi : memberi kenyamanan dan suasana santai tapi juga membuat frustasi. Atau, tempat dimana kita bisa bersosialisasi tapi sebetulnya setiap pemainnya hanya bisa bekerja sendiri untuk menaklukkan dirinya.

Dan Jordan Spieth telah memberikan kuliah yang luar biasa tentang itu semua tadi pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun