Mohon tunggu...
jikusore
jikusore Mohon Tunggu... -

sekali menulis, setiap kali menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perahu Tanpa Nahkoda

7 Maret 2017   00:26 Diperbarui: 7 Maret 2017   00:32 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berilah aku gelombang terbesarmu, akan kuhempaskan ke mulut-mulut latah pemimpin, lalu laut teduh membawah berkah ke bibir pantai.

 

Berilah aku taufan terhebatmu, akan kupulangkan ke telinga-telinga tuli penguasa, lalu angin semilir menyanyikan lagu kebangsaan.

 

Berikan aku dingin terbekumu, akan kuhantar ke selimut-selimut tebal birokrat, lalu langit hangat mengajarkan cara membaca alam.

 

Berikan aku karam tersunyimu, akan kuhadiahkan badanku bagi peti mati penzina negara, lalu tanah leluhur memakamkan segala yang entah.

 

Aku perahu tanpa nahkoda, menanti awak dari 8 penjuru arah,

Aku perahu tanpa nahkoda, merindu salam dari 8 muara temu,

Aku perahu tanpa nahkoda, menolak lupa dosa-dosa pemabuk tahta

,
Aku perahu tanpa nahkoda, ribuan tangan berjudi memegang kemudi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun