Hari Ibu, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember di Indonesia, sering kali identik dengan glorifikasi peran perempuan sebagai ibu rumah tangga yang penuh pengorbanan. Namun, pola pikir ini sering kali terjebak dalam ibuisme, yaitu pandangan yang memuja peran perempuan sebagai ibu dan mengabaikan identitas serta kontribusi mereka di luar peran tersebut. Bagaimana kita bisa merayakan Hari Ibu tanpa terjebak dalam ibuisme?
Memahami Ibuisme
Ibuisme adalah konsep yang mengidealisasi perempuan berdasarkan peran mereka sebagai ibu, dengan menempatkan mereka dalam kotak ekspektasi tertentu, seperti harus selalu mengasuh, mengorbankan diri, atau mengabdi kepada keluarga. Pandangan ini mengabaikan kenyataan bahwa perempuan adalah individu yang memiliki hak dan potensi di berbagai bidang, baik sebagai profesional, aktivis, seniman, maupun pemimpin.
Ibuisme lahir dari konstruksi sosial yang menempatkan perempuan dalam peran domestik semata, mengabaikan keberagaman peran yang bisa mereka pilih. Dalam ibuisme, perempuan yang menjadi ibu dianggap memiliki kewajiban mutlak untuk mengasuh anak, menjaga rumah tangga, dan memprioritaskan keluarga di atas segalanya. Narasi ini tidak hanya membatasi perempuan, tetapi juga merugikan laki-laki, karena mengabaikan pentingnya peran ayah atau pasangan dalam pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan anak.Â
Mengapa Merayakan Hari Ibu Tanpa Ibuisme Penting?
Merayakan Hari Ibu dengan perspektif inklusif membantu kita:
- Menghargai Keberagaman Peran Perempuan: Tidak semua perempuan adalah ibu, dan tidak semua ibu menjalankan peran dengan cara yang sama. Penghargaan tidak boleh hanya berdasarkan peran tradisional, tetapi juga perjuangan, pilihan, dan kontribusi mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
- Mengurangi Beban Sosial pada Ibu: Narasi ideal tentang ibu sempurna sering kali menciptakan tekanan yang tidak realistis bagi perempuan, sehingga mereka merasa bersalah jika tidak memenuhi ekspektasi tersebut.
- Memperkuat Kesetaraan Gender: Menghindari ibuisme berarti membangun pemahaman bahwa tanggung jawab keluarga dan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas ibu.
Cara Merayakan Hari Ibu Tanpa Ibuisme
Menghargai Keberagaman Peran Perempuan
Hari Ibu bisa menjadi momen untuk menghargai kontribusi perempuan di berbagai aspek kehidupan, bukan hanya sebagai ibu. Perempuan berperan besar dalam pendidikan, sains, seni, politik, hingga advokasi sosial. Rayakan keberhasilan mereka di berbagai bidang tanpa mengaitkan pencapaian tersebut dengan status keibuan mereka.Menghindari Narasi Pengorbanan Berlebihan
Ucapan yang berlebihan tentang pengorbanan seorang ibu sering kali melanggengkan stereotype bahwa perempuan harus mengorbankan diri demi keluarga. Sebaliknya, berikan apresiasi pada kekuatan, keberanian, dan pilihan mereka, baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga.Memberikan Ruang untuk Semua Perempuan
Hari Ibu bukan hanya untuk perempuan yang memiliki anak. Ini adalah hari untuk merayakan semua perempuan yang memberikan dampak positif dalam kehidupan orang lain, baik itu guru, saudara perempuan, teman, atau pemimpin komunitas.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!