Kasus di Uni Emirat Arab (2021)
Di Uni Emirat Arab, penipuan deepfake audio menyebabkan bank kehilangan lebih dari USD 35 juta. Pelaku meniru suara seorang eksekutif perusahaan besar dan berhasil mengarahkan transfer dana ke rekening mereka. Kasus ini menunjukkan bagaimana deepfake dapat digunakan untuk menipu dengan cara yang sangat canggih dan sulit dideteksi.
Kasus di Indonesia (2023)
Di Indonesia, meskipun belum ada laporan besar terkait deepfake, BSSN mencatat bahwa sektor keuangan berada di garis depan dalam insiden siber. Pada tahun 2023, 50% dari total insiden siber menyasar sektor ini, dengan potensi serangan menggunakan deepfake semakin meningkat, terutama di tengah meningkatnya penggunaan platform digital di kalangan nasabah.
Mengapa Indonesia Rentan terhadap Deepfake?
Ada beberapa faktor yang membuat Indonesia menjadi sasaran empuk serangan deepfake:
Penggunaan Media Sosial yang Tinggi
Indonesia memiliki lebih dari 191 juta pengguna media sosial, menjadikannya salah satu negara dengan aktivitas digital tertinggi di dunia. Informasi visual dan audio yang diunggah pengguna dapat dengan mudah dimanfaatkan untuk membuat deepfake.Kurangnya Kesadaran Digital
Banyak individu dan institusi keuangan belum memahami risiko deepfake secara mendalam. Hal ini membuat mereka kurang siap menghadapi ancaman tersebut.Infrastruktur Keamanan Siber yang Belum Optimal
Meskipun terus berkembang, keamanan siber di Indonesia belum sepenuhnya mampu mendeteksi teknologi canggih seperti deepfake.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Ancaman Ini?
Untuk mencegah kerugian besar akibat deepfake, langkah berikut dapat diterapkan:
Menggunakan Teknologi Deteksi Deepfake
Bank perlu mengadopsi teknologi berbasis AI yang dapat mengenali tanda-tanda manipulasi digital pada video atau audio. Teknologi ini dapat menganalisis konten untuk mencari elemen-elemen yang mencurigakan yang mungkin tidak tampak pada pandangan pertama.Memperkuat Sistem Keamanan Multi-Faktor (MFA)
Selain biometrik, bank harus menambahkan lapisan keamanan seperti OTP (One-Time Password) atau verifikasi fisik untuk setiap transaksi besar. Dengan sistem MFA yang lebih ketat, pelaku kejahatan akan lebih sulit menipu sistem.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!