Rabu, 16 November 2022 21.00 WIBsorgum di lahan tani Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (26/8). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana PutraPetani memanen
Perang dua negara yakni Rusia dan Ukraina yang tengah berlangsung dari penghujung Februari 2022 hingga kini berdampak besar pada keseimbangan pangan seluruh belahan dunia sebab keduanya merupakan produsen utama gandum. Hal ini sangat berpengaruh pada negara Indonesia karena terigu merupakan salah satu sumber pangan yang digunakan, dimana terigu merupakan pengganti karbohidrat dari beras dan nasi.Â
Menteri Pertanian Indonesia, Bapak Syahrul Yasin Limpo optimis bahwa invasi Rusia ke Ukraina bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mencari pengganti gandum dengan melirik ketersediaan pangan lain yaitu sorgum dan mulai memproduksi salah satu jenis serealia ini.Â
Kementerian Pertanian Indonesia mulai melihat banyaknya potensi dan manfaat sorgum sebagai sumber pangan, pakan hewan maupun industri yang diharapkan mampu meminimalisir angka impor gandum.
Di Indonesia, tanaman sorgum biasa dikenal dengan tanaman yang termasuk sereal pangan yang berada di urutan ketiga setelah padi dan jagung. Biji dari tanaman sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan, biomassa batangnya juga dapat menghasilkan air yang dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol atau energi yang didapat dari hasil fermentasi (Sihono et al., 2021).Â
Sorgum sendiri memiliki kandungan gizi yang melimpah seperti nutrisi yang tinggi. Kadar protein yang dimiliki sorgum pun lebih tinggi daripada beras. Selain itu nutrisi dasar yang dimiliki sorgum hampir sama dengan sereal yang lainnya. Kadar lemak yang dimiliki sorgum secara umum lebih tinggi dari gandum dan beras.Â
Namun, masih lebih rendag apabila dibandingkan oleh jagung. Lemak pada sorgum sebanyak 3,1%, sementara gandum sebanyak 2%, beras sebanyak 2,7%, dan jagung sebanyak 4,6%.
Potensi Tanaman Sorgum
Hasil tanaman sorgum ini bisa dibuat menjadi tepung sorgum, yang bisa diolah menjadi mie, kue, dan makanan lain yang sering dibuat dari gandum. Sorgum sejauh ini merupakan tanaman yang paling cocok untuk menggantikan gandum. Sorgum dapat diolah dengan berbagai macam cara, mulai dari pengolahan menjadi bahan jadi, setengah jadi, makanan, produk minuman olahan, dan lainnya. Â
Hasil pengolahan sorgum yang berbentuk produk setengah jadi seperti sosoh, beras dan tepung. Bahan selanjutnya dapat diolah kembali menjadi bubur, nasi, dan lainnya. Selain itu sorgum juga dapat diolah menjadi minuman beralkohol yang terbuat dari biji sorgum yang difermentasi sesudah dikecambahkan.Â
Meskipun sorgum dapat diolah menjadi berbagai makanan, tetapi tidak dapat menggantikan gandum sebagai bahan baku mie dan makanan lainnya tapi sebagai alternatif untuk menekan impor gandum.
Tepung dari sorgum dapat digunakan sebagai pengganti tepung bagi penderita alergi gluten. Tingkat substitusi tepung sorgum adalah 50-80% pada biskuit, 40-50% pada kue basah, 15-20% pada mie dan 20-25% pada roti (Suarni & Subagio, 2013 dalam Setiarto et al., 2017).Â
Sorgum memiliki daya cerna yang rendah sehingga cocok untuk orang dengan kondisi kelebihan berat badan dan gula. Zat besi yang tinggi dalam sorgum bermanfaat bagi seseorang dengan kondisi kekurangan darah (Suarni & Singgih 2002, dalam Suarni & Subagio 2013).Â
Bahan pangan fungsional yang mengandung unsur bioaktif dalam sorgum memberikan berbagai efek fisiologis bagi orang dengan kondisi kekurangan darah, antara lain memperkuat sistem kekebalan tubuh, mengontrol sistem tubuh, dan membantu mencegah penyakit dengan kerusakan yang berkelanjutan.
Menurut Prima Luna (2021) dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dari Kementrian Pertanian mengatakan bahwa produktivitas sorgum di Indonesia mencapai 4 -- 6 ton per hektar bahkan terdapat varietas yang mencapai 10 ton per hektar dalam produktivitasnya.Â
Dengan daya adaptasinya yang luas terutama pada daerah marginal dan lahan kering serta kemampuan tanaman sorgum untuk dapat tumbuh tanpa memerlukan input yang tinggi, tanaman yang dikenal sebagai tanaman serbaguna ini memiliki potensi untuk mengantisipasi dampak dari perubahan iklim global.Â
Selain itu, Luna (2021) juga mengatakan bahwa tanaman ini juga memiliki keunggulan dalam pemenuhan kebutuhan air dimana tanaman sorgum hanya membutuhkan air sepertiga dari tebu dan setengah dari jagung. Pupuk yang dibutuhkan tanaman sorgum juga lebih sedikit dan pemeliharaan tanaman ini dinilai lebih mudah.Â
Umur panen tanaman sorgum juga 100 -- 110 hari setelah tanam lebih cepat. Keunggulan lainnya yaitu kemampuannya untuk dapat diratun atau sekali tanam dapat dipanen beberapa kali sehingga dapat menghemat biaya dalam mempersiapkan lahan, benih, maupun penanaman. Sorgum merupakan tanaman serealia yang memiliki potensi besar karena seluruh bagian tanaman ini yang dinilai memiliki nilai ekonomi (Alfira, 2020).
Sorgum yang kaya akan manfaat, dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan, pakan, maupun industri. Biji sorgum mempunyai kandungan gizi sangat tinggi dapat dijadikan sebagai sumber pangan. Selain itu, biji sorgum juga dapat dijadikan substitusi atau pengganti tepung terigu dalam mengolah berbagai macam produk olahan.
Bagian lain dari tanaman sorgum yaitu daun, biji, tangkai, batang, dan akar dapat diolah sehingga menghasilkan nilai tambah. Sorgum juga dapat dijadikan campuran ransum pada pakan unggas. Batang dan daun sorgum dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Biji sorgum pada ransum pakan ternak dinilai sebagai pengganti jagung.Â
Biji sorgum juga dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pati, gula cair, bir, dan lain-lain. Salah satu jenis sorgum yang batangnya berkadar gula tinggi dikenal sebagai sorgum manis atau sweet sorghum.
Tantangan Pengembangan Sorgum di Indonesia
Menurut Laporan Balai Penelitian Tanaman Serealia (2022) berjudul "Pengembangan Produksi Sorgum di Indonesia" menunjukkan bahwa potensi sorgum di Indonesia sangatlah beragam varietasnya tetapi mengalami banyak hambatan dalam perkembangannya.Â
Sorgum bukanlah tanaman yang asing di kalangan petani karena sejatinya sorgum sudah dibudidayakan sejak lama, tetapi kurang dimaksimalkan sebab tanaman ini masih memiliki stigma sebagai tanaman kelas bawah. Realita inilah yang menanti untuk dihadapi dalam proses perkembangan sorgum di Indonesia.Â
Beras yang selama ini dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia dianggap sebagai sumber pangan yang bergengsi (superior food) lain halnya dengan sorgum yang tidak banyak dikenal dan dikonsumsi sehingga dikategorikan sebagai (inferior food). Tak hanya itu, daya saing produk sorgum masih tergolong rendah, buktinya produk olahan sorgum belum banyak dikenal dan industri tepung masih berskala UMKM di daerah-daerah tertentu.
Sorgum tidaklah kalah manfaatnya dari beras, jagung, dan gandum sehingga harapannya keunggulan sorgum ini bisa membuang citranya sebagai makanan yang kurang bergengsi di kalangan masyarakat (inferior food) menjadi makanan yang lebih dikenal dan nantinya akan dikonsumsi oleh banyak orang (superior food).Â
Tentunya untuk mengubah stigma ini diperlukan peran serta seluruh lembaga mulai dari petani generasi muda, penyuluh hingga praktisi dalam mengembangkan inovasi usaha tani sorgum di Indonesia. Petani diharapkan mampu menciptakan ide-ide kreatif dalam membangun pasar yang berkelanjutan.Â
Petani pembudidaya sorgum berpotensi menciptakan varietas sorgum unggul yang adaptif pada lingkungan sesuai dengan pemetakan lokasi syarat pertumbuhan tanaman sehingga mampu berperan besar dalam upaya produksi benih unggul tanaman sorgum.
Penulis: Auva Nurhaliza, Cintantya Salma Salsabila, Muthia Tri Fadhila, dan Jihan Noviantika Zen (Kelompok 04)
Sumber Referensi:
Alfira, Siti Nurul. (2020). Kadar Kalsium dan Fosfor pada Tanaman Sorgum. Undergraduate. Thesis. Fakultas Peternakan. Universitas Hassanudin. Makassar.
Balai Penelitian Tanaman Serelia. (2022). Pengembangan Produksi Sorgum di Indonesia. Kementerian Pertanian. Jakarta. Online. Diakses pada 16 November 2022.
Prima Luna. (2021). Sorgum, Serelia Potensial Dukung Diversifikasi Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Online. Diakses pada 16 November 2022.
Setiarto, Raden Haryo Bimo et al. (2017). Karakteristik Amilografi Tepung Sorgum Fermentasi dan Aplikasinya Pada Produk Cake dan Cookies Sorgum. Jurnal Dinamika Penelitian Industri. 28(1):10-19.
Sihono et al. (2021). Perbaikan Komoditas Sorgum sebagai Pangan dan Bioenergi melalui Pemuliaan Mutasi Radiasi. Jurnal FP UNS. 5(1): 346.
Subagio, H. dan Sunarni (2013). Potensi pengembangan jagung dan sorgum sebagai sumber pangan fungsional. Jurnal Litbang Pert. 32(2): 47-55.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI