Mohon tunggu...
Jiebon Swadjiwa
Jiebon Swadjiwa Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Cuma penulis biasa sekaligus penikmat lagu, perasa puisi, dan pecandu kopi sachetan, selalu menulis dengan mendengarkan suara yang bangkit dari dalam dirinya, suara itu adalah suara kematian (dengan semua firasatnya), suara cinta, dan suara seni.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pagar Laut dan Doa Nelayan yang Tak Sampai

2 Februari 2025   09:45 Diperbarui: 2 Februari 2025   09:45 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret pagar laut di Tangerang (net)

Mereka membangun tembok di antara gelombang,

setinggi mimpi yang tak pernah diizinkan tumbuh.

Bambu-bambu berdiri seperti penjaga kerajaan tanpa raja,

menatap nelayan dengan mata kosong, tanpa kata.

--

Kapal-kapal mengapung seperti anak-anak terlantar,

dihalau pagar yang tak berlidah,

namun bicara lebih lantang dari undang-undang,

mengusir tangan yang sejak dulu bersalaman dengan ombak.

--

Laut, kau bukan ibu lagi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun