Mohon tunggu...
ajid kurniawan
ajid kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - peladang multiplatform

laki-laki setengah abad yang berusaha menanam kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Leadership dan Hukum Gerak Newton

20 Mei 2024   01:00 Diperbarui: 20 Mei 2024   02:05 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disarankan juga untuk meneliti tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin regional yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan warga Kota Balikpapan. Nah, menarik bukan!

Jujur, saya mencemaskan petaka permasalahan akan datang bertubi-tubi manakala pemimpin Kota Balikpapan tidak memiliki kemampuan dalam membaca perubahan yang begitu cepat. Balikpapan sebagai beranda Ibu Kota Nusantara (IKN) telah mendapatkan beban baru berupa bertambahnya populasi. Ini nyata dan telah berimbas pada kemacetan lalu-lintas yang semakin parah.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana strategi pemerintah kota untuk menyelesaikannya? Bagaimana dengan infrastruktur dan model transportasi massalnya di masa depan? Pertanyan-pertanyaan ini  harus segera dijawab dan disampaikan kepada publik.

Ini baru satu permasalahan. Masih banyak gunung permasalahan lain yang perlu segera diantisipasi dan dicarikan jalan keluarnya. Kalaupun telah memiliki strategi atau jalan keluarnya, itu pun masih belum cukup. Akan muncul pertanyaan selanjutnya yakni bagaimana implementasi kebijakannya? Mengapa memilih opsi tersebut? Apa alasannya?

Menurut saya, kegagalan pemerintah dalam mengatasi kompleksitas permasalahan lebih disebabkan kurangnya interaksi sosial dalam masyarakat modern perkotaan.

Oleh karena itu, kepemimpinan perkotaan perlu menggabungkan semacam kekuatan organisasi, administratif, dan politik dengan akuntabilitas pribadi sang kepala daerah.

Hari ini dan ke depan, jangan pernah mengatakan Balikpapan akan baik-baik saja. Perubahan yang begitu cepat akan menjadi pembunuh yang tidak terlihat.

Disrupsi teknologi mesti dijadikan alat ukur dalam membaca permasalahan. Segalanya harus berbasis data. Jika Balikpapan belum memiliki dashboard kinerja, sampai kapan pun penilaian subjektifitas akan melekat pada kebijakan yang diambil oleh pemimpin kota.

Belajar lah dari revolusi data besar layanan digital pemerintah Inggris yang mengenalkan "Dasbor Nomor 10".  Aplikasi yang memberikan indikator kinerja pada sejumlah layanan pemerintah, informasi real-time tentang aspek ekonomi, tren dari media sosial dan komentar ahli, yang kesemuanya terintegrasi ke dalam satu layar dan dengan kapasitas untuk 'menelusuri' sesuai kebutuhan.

Jika pemerintah Inggris memiliki "Dasbor Nomor 10", sejumlah kota di Inggris menamakannya dasbor kota (city dashboard). Dasbor digunakan untuk memantau kinerja dan mengelola layanan perkotaan, memberikan konteks dalam perumusan kebijakan, dan menciptakan pengetahuan publik tentang kota, yang juga dapat digunakan dalam kapasitas kritis.

Di antara fungsi-fungsi manajerial yang khas, dasbor kota berusaha untuk menjaga penduduk dan pengunjung mendapat informasi tentang perkembangan kota secara real-time, dan mendorong pengguna untuk memanfaatkan data yang tersedia untuk tujuan mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun