Dulu masa SMK, masa dimana segalanya hanya tentang pertemanan dan kesetiaan, saat akan terjatuh hanya kaki dan lutut yang terluka bukan hati.
  Sebelum dilaksanakannya UN (Ujian Nasional), siswa- siswi kelas 12 mulai menyibukkan diri dengan pikirannya masing masing, mereka saling bertanya tanya dalam benaknya, harus kemana aku meneruskan perjuangan setelah lulus dari SMK, karena ada target yang harus dicapai, ada cita cita yang harus digapai, dan ada orang tua yang harus dibanggakan.
 Yah, Diantara mereka ada yang sibuk memikirkan harus meneruskan kuliah dimana atau bekerja kemana? Mendapatkan penghasilan dari keringat sendiri adalah dambaan para siswa-siswi SMK.
  Berbeda dengan si Jhittun yang dimana dia sibuk sendiri dengan wajah nya yang menggambarkan kesedihan dan penuh kekhawatiran.
  "Lah lho knpa tun, ko wajahnya kaya yang sedih gitu? Tanya Dzul (teman akrabnya disekolah).
   "Gua sedih jika setelah lulus nanti harus berpisah" jawab Jhittun dengan suara yang pelan karna menutup kesedihannya.
  "Iyah si, kalau kita lulus mau gak mau pasti akan tetap berpisah, karna disetiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, tapi walaupun tak bertemu didunia setelah perpisahan masa SMK ini, semoga Allah mempertemukan kita kembali di syurgaNya kelak" Kata Dzul yang berusaha menenangkan Jhittun yang sedang bersedih.
  Waktu demi waktu, hari demi hari silih berganti, tibalah waktu UN (Ujian Nasional). Masing masing diantara mereka sebelumnya ada yang sibuk menghafal hingga waktu makan pun dipakai untuk menghafal, ada juga yang biasa biasa saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi saat Ujian Nasional nanti, yang penting kita lulus, kata Fahmi yang membuat teman temannya tertawa terbahak bahak, bisa dibilang kumpulan mereka itu yang di ketuai oleh Fahmi adalah anak anak pemalas, anak anak yang bandel, dan itu sudah ramai diperbincangkan di kalangan para guru.
 ujian nasional berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
  Bel akhir tanda usainya ujian nasional berbunyi, dan kemudian jhittun mengingatkan para sahabatnya bahwa itu adalah pertanda bahwa waktu perpisahan semakin dekat.
  Tidak lama kemudian mereka berkumpul dilapangan untuk mendengarkan pengumuman yang akan disampaikan oleh Bapak kepala sekolah.
  Yah bener tuh apa katamu tadi "selesai ujian nasional menunjukan bahwa waktu perpisahan semakin dekat" kata Dzul sambil melirik kearah Jhittun.
   Setelah beberapa menit kemudian datang lah Bapak kepala sekolah berdiri tegak didepan mata mereka sambil berkata "Bagaimana ujian nya anak anakku?" Tanyanya dengan senyum tipis diwajahnya.
 "Alhamdulillah, Allahuakbar, luar bisa" jawab serentak murid murid yang berada dihadapannya.
Berbagai nasehat, motivasi, dan kata kata perpisahan yang di keluarkan dari mulutnya membuat para murid terharu dan bersedih, seakan suasana yang tadinya penuh dengan rasa riang gembira itu hilang begitu saja digantikan dengan suasana yang begitu ramai oleh tangisan para murid setelah mendengar kan masukan dari kepala sekolah yang sangat menyentuh hati mereka.
   Ujian nasional kini telah berlalu, mereka harus rela berpisah, untuk mengejar cita citanya masing masing, semua kenangan yang mereka ukir kini tersimpan dimozaik mozaik kehidupan yang tak terlupakan. Yang akan menjadi cerita kelak dimasa yang akan datang nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H