Teruntuk semesta
Boleh aku memberontak?
Hanya sedikit, perihal garis takdirmu
Tetapi bagaimana aku memulainya?
Sementara seluruh kalimatku pupus
Diterpa angin kehidupan
Teruntuk semesta
Kupikir, aku telah mendapatkannya
Tapi lagi-lagi aku salah
Sebab nyatanya dirimu memberi jarak bagi kami
Bahkan lebih luas dari sebelumnya
Aku yang bodoh atau kamu yang jahat?
Teruntuk semesta
Adakah takdirmu yang berlaku selamanya untukku?
Selain kematian pastinya
Dalam hidup ini, kau tau, semesta?
Terlalu berlebihan kah bila aku meminta kebahagiaan?
Teruntuk semesta
Boleh aku merebahkan diriku?
Sejenak, pada sisa mentari yang kau berikan
Lelah sudah tubuh berdiri
Jihan, Bandung 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H