Mohon tunggu...
Kabar Desa
Kabar Desa Mohon Tunggu... Guru - Kembali Menyuarakan suara yang tenggelam

Mencari Kebenaran dari yang salah.....salam indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menopang Ekonomi Keluarga dengan Tenun

27 November 2020   09:59 Diperbarui: 27 November 2020   10:03 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok Wanita Mandiri Kolikapa

Dari berbagai keterbataan yang mereka mulai, para wanita tersebut mencoba membuktikan keikhlasaan yang hakiki dari sebuah model pelayanan kepada lawan jenis. Soal harga dan mutu prodak merupakan suatu hal yang relatif dan tidak mengikat terhadap semangat para wanita untuk menjunjung keperkasaan para pria lewat hasil tenun luka/ragi.

Peluang pasar juga sebagai sebuah alasan lain yang mendorong para wanita tersebut menangkap memilih jenis usaha mereka karena dalam berbagai iven budaya Ende-Lio sendiri sampai saat ini belum ada pertunjukan dari para kontestan pria yang menyeragamkan busana ragi/luka, dalam tarian adat maupun paduan suara, disebabkan banyaknya motif sarung pria" ragi/luka, yang diproduksi oleh para penenenun Ende-Lio. Maka lahirlah ide dari wanita mandiri untuk menyepakati dan berkomitmen  jenis sarung dan motif yang khas hasil produksi mereka.

Pilihan wanita mandiri terhadap jenis sarung yang diproduksi  mencerminkan tradisi wanita Ende-Lio dalam kaca mata zaman. Secara spontan dan melalui proses alamia, mereka membuktikan konsistensi budaya di era modern saat ini. Ketika liberalisasi di era milenial makin mencuak lewat berbagai teknologi canggih bahkan mengguncang nalar para cendikiawan yang saat ini masih memperjuangkan kekuata budaya, namun kita bersyukur bahwa masiih ada para wanita yang sedang melakukan revitalisasi  dan mempertahankan keaslian dari rahim budaya yang asli. Mereka mencoba mendekatkan pelayanan terhadap para lawan jenis yang memiliki peran dan aksi cukup besar dalam memengaruhi tatanan kehidupan sosial dari komunitas mereka.

Praktek Gender Dari Segala Keterbatasan

Sebelum tahun 1970 masih terjadi kesenjangan gender yang cukup terasa di berbagai lini kehidupan masyarakat. Perempuan dibatasi dari berbagai bidang kehidupan dalam melakukan aktifitas. Sala satu contoh yang bisa disebut adalah wanita boleh melakukan pekerjaan pada bidang tertentu seperti halnya penguasa dan penjaga dapur.

Sehingga tingkat kemiskinan semakin menjadi peluang. Pada abad ke 20 praktek gender semakin kelihatan disebabkan banyak perempuan boleh menggelut tingkat pendidikan secara bebas sesuai kemauan dan kemampuan ekonomi. Pada sisi yang lain perlu diakui bahwa peran pemerintahan dan sejumlah organisasi yang memperjuangkan gender semakin konsisten.

Peran wanita dalam prespektif gender sesungguhnya adalah melakukan sesuatu hal yang sanggup dilakukan tanpa ada tekanan psikologi dari siapapun dan dari pihak manapun. Indonesia saat ini sedang konsen  merespon gender Melalui Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (KP3A). 

Namun masih banyak keterbatasan masyarakat terahadap paham  gender  menjadi sebuah tantang yang besar dari para pemerintah dan organisasi lain yang sedang memperjuangkan keadilan gender. Praktek gender sering disepelehkan bahkan sulit membuka isolasi dari tekanan budaya.  Para wanita identik dengan penguasa dan penjaga dapur, padahal mereka memiliki kelebihan yang juga tidak berbeda dengan para pria dalalam hal peran dan tanggung jawab. Dari urusan dapur mereka mampu menggandakan peran demi masa depan keluarga. 

Kita pun diajak untuk melihat secara dekat, wanita memiliki jam kerja lebih benyak dari pria. Mereka selalu berusaha untuk bangun terlebih dahulu dari tidur pagi, dan berusaha untuk tidur paling terakhir dimalam hari. Kebiasan seperti ini mau menggambarkan kepada kita bahwa dibalik kehebatan pria yang bisa diukur dan dilihat, juga  ada kehebatan wanita yang jauh lebih besar dari pria. Maka kitapun perlu mengakuai soal peran para wanita yang tidak kelihatan namun membawa perubahan yang besar bagi masa depan keluarga.

Para anggota kelompok wanita mandiri desa Koikapa, telah menerapkan praktek gender dari segala keterbatasan yang mereka miliki. Dari proses perjalanan kelompok tenun, para wanita tersebut telah membuktikan bahwa upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga, dengan menambah jenis kerja produktif tidak membuat mereka merasa tidak adil soal peran dalam rumah tangga. 

Para wanita tersebut justru berinisiatif secara bersama agar potensi mereka dapat tersalur secara tepat dalam memproduksi tenun. Sehingga mereka dapat berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan ekonomi keluarga secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun