Mohon tunggu...
Jhosef Nanda
Jhosef Nanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Unika Soegijapranata - Pegiat Permakultur di Alam Lejar Bhumi Immaculata - Pendidik di Wisma Remaja Bagimu Negeriku

Menulis itu kemerdekaan!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Pancasila sebagai Alat Kendali Penggunaan Ponsel Pintar pada Anak-Anak

4 Februari 2022   11:07 Diperbarui: 4 Februari 2022   11:14 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com || Ilustrasi Pendidikan Pancasila sebagai alat kendali penggunaan ponsel pintar

Globalisasi dalam bentuknya yang paling nyata terwujud dalam genggaman hampir setiap orang saat ini. Ponsel pintar merupakan tool yang paling mudah dikases oleh masyarakat. Ponsel pintar adalah anak kandung globalisasi yang akrab di genggaman masyarakat jenis apapun. Ponsel pintar juga berkembang tidak memandang usia pengguna. Dari mulai orang usia produktif hingga lansia dan balita pun dapat mengakses ponsel pintar. Selain sebagai anak kandung globalisasi, ponsel pintar disebut juga sebagai perangkat kunci pelancar arus globalisasi. 

Ponsel pintar disebut sebagai perangkat kunci pelancar arus globalisasi dikarenakan kemudahan akses informasi oleh para penggunanya. Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas IV (Arif Julianto, dkk) salah satu ciri globalisasi adalah informasi mudah menyebar. Ponsel pintar adalah perangkat yang berperan untuk itu. 

2. Siapa Saja Bisa Menggunakan Ponsel Pintar

Ponsel pintar merupakan alat yang berguna untuk manusia. Alat ini adalah telepon genggam yang memiliki spesifikasi menyerupai komputer. Ponsel pintar bisa melakukan beragam tugas dan fungsi secara bersamaan (multitasking). Dari waktu ke waktu, fitur-fitur yang ditawarkan oleh beragam ponsel pintar juga sangat canggih. Mulai dari surat elektronik hingga aplikasi editing foto maupun video tersedia pada ponsel pintar masa kini. Seseorang tidak perlu menggunakan komputer untuk berkirim surat elektronik. Untuk editing foto dan video pun ponsel pintar mampu menyediakan fitur dan aplikasi untuk itu. Sehingga secara sederhana ponsel pintar merupakan alat berkemampuan komputer dalam bentuk telepon genggam. 

Sejak munculnya produk pertama bernama SIMON pada tahun 1992, ponsel pintar mengalami perkembangan yang pesat. SIMON dirancang oleh IBM dan dipublikasikan pertama kali pada ajang pameran COMDEX di Las Vegas, Nevada. Setahun kemudian dipasarkan untuk 8 umum, SIMON memiliki spesifikasi yang sangat tinggi pada era itu. SIMON bukan perangkat telepon genggam saja. Alat ini memiliki buku telepon, world watch, notepad, game, kalender dan surat elektronik. 

Kemunculan SIMON kemudian diikuti dengan berbagai ponsel pintar pada masa itu. Beragam ponsel pintar generasi pertama ini diproduksi oleh berbagai perusahaan seperti Nokia, Handspring, Blackberry, Microsoft hingga Sony dan Motorola. Beberapa produk ponsel pintar generasi pertama yang legendaris adalah Nokia seri N, Nokia 9000, Palm OS Treo dan lainnya. 

Ponsel pintar terus berkembang dan bertransformasi. Hingga kini beragam merk ponsel pintar bermunculan. Era baru ponsel pintar dimulai ketika sistem operasi android dipopulerkan. Ponsel android memiliki fitur yang amat lengkap. Fitur tersebut memenuhi beragam kebutuhan manusia, mulai dari komunikasi, akses informasi hingga hiburan; mulai dari keluarga terdekat hingga menjangkau orang asing di belahan bumi manapun. 

Kenyataan ini menandakan bahwa ponsel pintar bukan lagi suatu barang mewah. Siapa saja bisa menjangkau perangkat ini. Hal demikian terjadi karena memang kian kemari beragam aktivitas sehari-hari kian tak bisa lepas dari ponsel pintar. Beberapa dasawarsa lalu mungkin tak terpikirkan bahwa seseorang bisa memesan makanan hanya dengan mengklik layar ponsel. Lalu sekonyong-konyong makanan itu datang didepan rumah, diantar oleh kurir. Setidaknya saat itu hal tersebut masih bertahan sebagai imajinasi masa depan. Tapi sekarang, kemudahan tersebut benar-benar terjadi dan menjadi hal yang lumrah karena kemajuan teknologi memungkinkan itu terjadi. Itulah kenapa ponsel pintar saat ini bukanlah barang mewah. Ia perangkat canggih yang bisa dijangkau oleh siapa saja.

Kemudahan akses kepada ponsel pintar tersebut menandakan jumlah pengguna ponsel pintar yang amat tinggi. Semakin hari, pengguna ponsel pintar kian bertambah banyak (Yosepha Pusparisa, 2020). Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun mendapat akses kepada ponsel pintar dengan sangat mudah. Kemudahan akses anak-anak terhadap ponsel pintar menjadi pintu gerbang kemudahan akses anak ke berbagai sumber informasi. Melalui medium informasi dan komunikasi anak-anak bisa menjangkau berbagai informasi dari berbagai negara. Dengan demikian terbukalah pengetahuan akan budaya dan gaya hidup negara luar. Tentu muncul berbagai kekuatiran apakah budaya dan gaya hidup bangsa asing tersebut sesuai dengan kehidupan riil anak? Tidakkah justru kemudahan akses ke berbagai sumber informasi tersebut juga merupakan pisau bermata dua? 

Dugaan tersebut tepat adanya. Oleh karena itu perlu untuk semakin serius mengaktifkan suatu alat kontrol agar setiap manusia Indonesia khususnya anak-anak bisa tetap hidup sesuai way of life yang sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi 

3. Bahaya Penggunaan Ponsel Pintar

Banjir Informasi Sejak Dini. 

Dalam jaman arus cepat informasi ini anak-anak mengalami kebanjiran informasi. Apapun yang menjadi arus utama informasi di media sosial akan dengan mudah anak-anak konsumsi. Terlepas apakah hal-hal itu patut mereka terima atau tidak. Inilah letak bahaya dari penggunaan ponsel pintar pada anak-anak. Mereka belum mengerti mana informasi yang pantas mereka konsumsi, mana yang harus dijauhi. Hal ini merupakan realitas sekaligus ironi. Perhatian mereka sudah sepenuhnya teralih pada ponsel. Lingkungan bermain riil anak-anak pun semakin mengecil. Jejaring pertemanannya justru mereka bangun secara virtual, berdampak pada berkurangnya sosialisasi.  

Inilah dampak dari mudahnya mendapat informasi tetapi anak-anak tidak diperlengkapi dengan kemampuan personalisasi informasi yang mereka terima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun