Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanti Sanksi FIFA, Persepsi Negatif Dunia hingga Bayang-bayang Krisis Ekonomi

1 April 2023   13:57 Diperbarui: 1 April 2023   14:11 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayang-bayang Krisis Ekonomi

Dilarang jadi tuan rumah event internasional dan krisis kepercayaan dunia internasional mengakibatkan efek domino bagi Indonesia terutama soal ekonomi dan pariwisata. Apalagi Indonesia sedang gencar-gencarnya menarik investor luar negeri agar mau berinvestasi ke Indonesia untuk membangun berbagai industri infrastruktur didalam negeri demi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mengurangi ketertinggalan dari negara lain.

Demonstrasi besar-besaran tahun 1965 akibat krisis ekonomi. Sumber: Kompas.com
Demonstrasi besar-besaran tahun 1965 akibat krisis ekonomi. Sumber: Kompas.com

Bagi negara maju, masalah trust issue selalu menjadi indikator utama dalam menentukan sebuah keputusan untuk menjalin hubungan kerjasama ekonomi dengan negara lain. Faktor trust Issue juga menjadi pertimbangan utama para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Pengalaman kita membuktikan, berbagai teror bom dan aksi terorisme di Indonesia berpengaruh negative secara signifikan terhadap tingkap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Diskriminasi terhadap timnas Israel dan dugaan masalah keamanan yang menjadi alasan Gubernur Bali menolak Timnas Israel sedikit banyak berpengaruh bagi dunia internasional memandang Indonesia.

Sejarah membuktikan bahwa dunia pernah mengucilkan Indonesia saat Soekarno menolak Israel dan Taiwan pada 1962 dari event Asian Games. Perhelatan Asian Games pun berlangsung tanpa kehadiran Israel dan Taiwan. Dunia memandang Indonesia telah mencampuradukkan politik dengan olahraga dan menganggap ini adalah preseden buruk bagi dunia olahraga.

Tahun 1963, IOC melarang Indonesia tampil di ajang Olimpiade. Terbukti, tahun 1964 Indonesia dilarang tampil di OIimpiade Tokyo. Meski Soekarno sempat membuat Games of The New Emerging Force ( Ganefo) sebagai tandingan Olimpiade, tetapi tidak eksis hingga sekarang karena didasari oleh dendam politik, bukan kerena semangat fair play olahraga.

Setelah penyelenggaraan Asian Games 1962 tanpa kehadiran Israel dan Taiwan, Indonesia dilanda hyperinflasi hingga 600% sehingga mengakibatkan krisis ekonomi yang luar biasa. Mata uang Rupiah bahkan di redenominasi dari Rp 1.000 jadi Rp 1. Sejak isu penolakan Israel dan Taiwan berkembang sejak 1961, barang-barang ekspor mengalami penurunan harga, khususnya karet dan tambang. Padahal, saat itu karet dan tambang adalah pemasukan terbesar Indonesia dibidang ekspor. Krisis 1962-1965 menjadi salah satu krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah Indonesia hingga saat ini.

Tahun 2023 diprediksi akan menjadi tahun yang sulit bagi ekonomi dunia sebagaimana prediksi pengamat dan ekonom, dunia akan mengalami resesi yang sangat berdampak bagi semua negara. Sebagai contoh, 3 Bank raksasa di Amerika telah collaps seperti Silicon Valley Bank, Silvergate Bank dan Signature Bank semuanya bangkrut karena gagal mendapatkan suntikan modal dan penarikan besar-besaran dari nasabah dan investor. Meski World Bank menetapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menyentuh level 4,9%, tetapi fluktuasi global sangat susah untuk diprediksi. Kemungkinan terburuk akan selalu ada apalagi dipengaruhi oleh trust issue, hal yang berpengaruh besar terhadap psikologi pasar.

Proses politik sangat berpengaruh terhadap perkembangan sebuah negara. Kehidupan antara negara saling memiliki ketergantugan dengan negara lain terutama kehidupan negara berkembang terhadap negara-negara maju. Beruntung, Presiden Jokowi dalam statementnya menyuarakan jika urusan politik harus dibedakan dengan urusan sepakbola sesaat sebelum FIFA mengeluarkan pengumuman Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

Sedikit banyak statemen Presiden Jokowi tidak seperti Bung Karno yang tidak kenal padam dendam dan amarahnya selalu membara terhadap Israel dan negara-negara Barat, walau pada saat itu kita tidak murni ada di poros tengah karena cenderung lebih dekat kepada negara Komunis seperti Cina dan Uni Soviet. Presiden Jokowi sedikit banyak sukses memadamkan amarah-amarah negara-negara barat dengan pernyataannya yang objektif, juga tidak memantik emosi dan amarah politisi didalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun