Bagi FIFA, berbagai upaya penolakan (Diskriminasi) ini bukan sekadar opini basa basi tetapi ada hal penting yang lebih dipertimbangkan oleh FIFA yaitu tentang keamanan dan rasa nyaman bagi peserta turnamen. FIFA tidak mungkin mencabut status kepesertaan Timnas Israel dari Piala Dunia U-20 karena Israel telah lolos melewati babak kualifikasi.
Mencabut status kepesertaan Israel sama saja dengan memperpanjang urusan karena Israel bisa menuntut FIFA lewat jalur hukum. Sedangkan Indonesia status kepesertaannya diperoleh karena Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah, maka hal yang paling logis adalah membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah sekaligus sebagai peserta Piala Dunia U-20. FIFA akan memberi 1 slot jatah kepersertaan kepada tuan rumah yang akan ditunjuk sesegera mungkin sesuai release yang telah dikeluarkan oleh FIFA saat pengumuman pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah.
Indonesia juga tidak bisa menuntut FIFA ke ranah hukum karena pada faktanya Indonesia terbukti melakukan diskriminasi kepada Israel. Menuntut FIFA ke ranah hukum sama saja semakin membuktikan bahwa Indonesia benar-benar tidak siap menjadi tuan rumah yang baik.
Berbagai Sanksi Menanti
Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tidak berhenti sampai  disana karena berdasarkan pengumuman FIFA, sanksi sedang dipertimbangkan dan menyusul akan diumumkan segera tanpa mengurangi janji FIFA untuk membantu Indonesia mentransformasi sepakbolanya menjadi lebih baik.
Sanksi inilah yang jadi kekhawatiran para pecinta sepakbola Indonesia dan PSSI saat ini. Semua berharap agar sanksi itu tidak menjatuhkan moral sepakbola Indonesia, apalagi sampai mengucilkan Indonesia dari persepakbolaan internasional. Beberapa sanksi yang sangat mungkin dijatuhkan oleh FIFA adalah Pembekuan Federasi sepakbola Indonesia (PSSI), Indonesia tidak bisa mengikuti kompetisi dibawah naungan FIFA hingga Indonesia kemungkinan dilarang menjadi tuan rumah cabang olahraga yang bernaung dibawah FIFA dalam periode waktu tertentu.
Sanksi tersebut efeknya sangat buruk dari semua bidang baik dalam sudut pandang olahraga, ekonomi dan persepsi dunia internasional kepada Indonesia. Bila PSSI sampai dibekukan oleh FIFA, maka Indonesia tidak memiliki wadah yang sah dalam dunia persepakbolaan untuk menyelenggarakan turnamen apapun.
Meski liga domestik tetap berjalan, tetapi liga tersebut tidak akan diakui oleh FIFA dan peserta liga tidak akan berhak untuk berkompetisi di Liga Champions Asia dan kompetisi internasional lainnya. Pemain-pemain negara asing akan enggan untuk bertanding ke Indonesia karena aturan-aturan persepakbolaan dan hak-haknya sebagai pemain sepakbola tidak dicover oleh FIFA.
Bila Indonesia dilarang mengikuti kompetisi dibawah naungan FIFA, maka apa yang telah dikembangkan oleh Indonesia selama ini (Pembinaan Usia Dini, Blue Print sepakbola Indonesia dan target masa depan sepakbola) menjadi sia-sia. Para generasi penerus sepakbola Indonesia tidak memiliki harapan dan masa depan lagi, termasuk juga pemain senior tidak akan bisa membawa garuda terbang tinggi lagi. Padahal, impian tertinggi pesepakbola adalah mengenakan jersey tim nasional negaranya sendiri.
Kemungkinan sanksi lainnya, Indonesia akan dilarang sebagai tuan rumah atas kompetisi yang bernaung dibawah FIFA ini akan melahirkan efek domino. Larangan ini akan melahirkan krisis kepercayaan diri dari dunia internasional kepada Indonesia karena FIFA akan memberi warning kepada semua negara tentang Indonesia. Dampaknya luar biasa, mustahil Indonesia bisa terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade seperti apa yang sudah diimpikan oleh Presiden Jokowi dan rakyat Indonesia kebanyakan, padahal kita dianggap sukses menyelenggarakan Asian Games 2018.