Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), distribusi ekspor batu bara Indonesia terhadap 5 besar negara pengimpor/tahun terbanyak adalah negara Tiongkok sebesar 127,7 juta ton, India 97,5 juta ton, Filipina 27,4 juta ton, Jepang 26, 9 juta ton, Malaysia 26,1 juta ton serta Korea Selatan 24,7 juta ton.
Khusus negara Tiongkok, ekspor ke negara tersebut mencapai 32% dari total ekspor batu bara Indonesia keseluruhan. Kontribusi batu bara Indonesia terhadap kebutuhan Tiongkok adalah sebesar 70-80% untuk memenuhi kebutuhan 1.082 PLTU (50% lebih dari total PLTU dunia) di Tiongkok.Â
Sedangkan India juga tak kalah amat tergantung terhadap batu bara asal Indonesia. Kontribusi batu bara Indonesia memenuhi 40-50% kebutuhan dalam negeri India dimana 60%nya dikhususkan untuk PLTU sebanyak 281.
Keputusan Populer untuk Wibawa, tapi Dilema untuk Global
Bagi Indonesia, larangan ekspor batu bara ini sangat populer. Artinya, secara psikologis seluruh elemen negara akan mendukung keputusan ini, mengingat ketergantungan negara-negara raksasa terhadap batu bara Indonesia sangat tinggi.Â
Harga batu bara tentu sangat murah juga karena batu bara sifatnya bahan mentah dan bahan baku juga harga batu bara selalu mengikuti harga pasar global, bukan sesuai dengan ketentuan dari Indonesia sendiri.
Menutup keran ekspor batu bara berarti menegaskan bahwa Indonesia sendiri bisa berdaulat dibidang energi fosil serta menegaskan hasil sumber daya alam Indonesia harus dikelola dan dinikmati oleh rakyat Indonesia sendiri seutuhnya.Â
Kebijakan ini sejalan dengan kebijakan Jokowi untuk melarang ekspor nikel dan CPO demi menaikkan nilai tambah didalam negeri kita sendiri.
Meski demikian, ada dampak lain yang dirasa signifikan adalah berkurangnya devisa negara dari sektor ekspor batu bara. Rata-rata ekspor bulanan Indonesia mencapai 25-28 juta ton dengan nilai Rp 20 -- 24 Triliun per bulannya.
Dampak eksternal lebih mengerikan, larangan ekspor batu bara Indonesia membuat dunia seakan mati sekejap. Dunia akan mengalami kelangkaan pasokan batu bara yang mengakibatkan harga batu bara meningkat tajam. Ini baik untuk Indonesia, tetapi tidak baik untuk global dan kesehatan ekonomi dunia.Â
Kelangkaan pasokan dan harga yang tinggi mengakibatkan rantai pasokan global terganggu. Supply terhadap kebutuhan pembangkit energi listrik semakin sedikit sehingga mengakibatkan krisis energi yang parah.