Kondisi ini mengingatkan kita pada the Great Depresion pada tahun 1929 karena memiliki kemiripan, yaitu kinerja sektor keuangan yang baik, tetapi satu sisi sektor fundamental ekonomi lesu.Â
Nilai tukar Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) relatif menguat tetapi pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi dalam hingga -5,32% pada kuartal II tahun 2020.
Faktor terbesar yang mengantar kita pada lingkaran depresi ekonomi adalah menurunnya angka konsumsi rumah tangga, padahal sektor konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 55% terhadap PDB Indonesia.Â
Jika PSBB total diterapkan, maka dipastikan konsumsi rumah tangga akan berkurang signifikan karena aktivitas yang terbatas hanya sekadar di rumah dan lingkungannya.
Rendahnya konsumsi rumah tangga juga oleh berkurangnya pendapatan baik di sektor formal, maupun informal. Di sektor formal, banyak terjadi PHK besar-besaran di sejumlah industri dan manufaktur karena menurunnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan.
Di sektor informal, terbaru Asosiasi UMKM bahkan merilis data terbaru, lebih dari 30 juta UMKM telah mengalami kebangkrutan, ingat UMKM adalah penyumbang terbesar terhadap PDB nasional, yaitu 61,41% per tahun.Â
Rendahnya stimulus fiskal dan bantuan sosial yang kurang tepat sasaran membuat dampak Pandemi Covid-19 semakin terasa berat baik di sektor mikro maupun makro.
Jika kuartal IV melenceng negatif dari perkiraan, maka kita sebaiknya mengencangkan sabuk pengaman untuk menyelami depresi. Depresi ekonomi biasanya akan berlangsung 18-43 bulan.Â
Jika pada akhirnya terkena depresi, biasanya negara akan mengarah pada krisis meski tidak ada sebenarnya negara yang ingin situasi ekonominya tenggelam dalam situasi krisis ekonomi.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan mesti lebih ngegas lagi untuk menangani pandemi agar terbebas dari depresi ekonomi. Memang, penanganan sektor kesehatan masih lambat, terlihat dari realisasi penanganan kesehatan oleh pemerintah baru mencapai 7,9% atau Rp 6,3 Triliun dari pagu anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 87,55 Triliun. Jadi satu sisi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakatnya diistirahatkan dulu untuk sementara, tetapi aktivitas untuk kesehatan diupayakan secara maksimal.
Tidak ada tawar menawar lagi selain mengutamakan kesehatan dibanding bidang yang lain. Sembari menunggu vaksin yang merupakan kunci utama dari semua akar masalah ini, perlu kesadaran dan kerja sama yang baik juga dari masyarakat agar tidak memperbesar penyebaran Covid-19 dengan tertib melaksanakan protokol kesehatan dan social distancing.