Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Jakarta mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat merosok pada kuartal II 2020 yaitu - 8,22%, jauh melebih angka pertumbuhan nasional sebesar -5,32%. Angka ini sekaligus menyumbang defisit pendapatan DKI Jakarta yang melebihi Rp 40 Triliun, terburuk sepanjang sejarah DKI Jakarta.
Kondisi dipastikan akan semakin parah dengan diberlakukannya PSBB total mulai 14 September 2020.Â
Berbagai prediksi yang menyatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 0% pada kuartal IV tahun 2020 bisa jadi melenceng lebih jauh dari target.Â
Bahkan PDB di kuartal III bisa semakin menurun lebih tajam dari prediksi sebelumnya sebesar -1,1% sebagaimana diprediksi oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani.
Kebijakan work from home (WFH) tentu tidak akan banyak menyumbangkan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian karena WFH lebih dominan menyentuh kepada hal-hal yang bersifat pelayanan dan jasa.
Kondisi ini memang tidak terelakkan karena masalah kesehatan adalah faktor utama. Jika kesehatan manusia bermasalah, maka ekonomi akan turut bermasalah karena subjek penggerak roda perekonomian itu tidak bisa produktif secara maksimal.
Jika PSBB berjalan, maka konsekuensinya tentu kepastian masuk ke jurang resesi, apalagi jika sampai provinsi lain mengikuti PSBB total. Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah kemungkinan bisa menyusul untuk menerapkan PSBB total untuk menghindari migrasi berlebih dari Jakarta, ini akan semakin menghadirkan ancaman serius bagi ekonomi nasional.Â
Jika itu terjadi, besar kemungkinan kuartal IV PDB Indonesia belum bisa beranjak dari angka negatif, ini artinya akan terjadi resesi yang berkepanjangan.yang berakibat pada depresi ekonomi.