Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

PSBB Total Jakarta Berujung Resesi, Depresi Ekonomi Menanti

10 September 2020   16:35 Diperbarui: 11 September 2020   06:00 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendaraan melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Pemerintah telah resmi menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta dalam rangka percepatan penanganan COVID-19.(ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Jakarta mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat merosok pada kuartal II 2020 yaitu - 8,22%, jauh melebih angka pertumbuhan nasional sebesar -5,32%. Angka ini sekaligus menyumbang defisit pendapatan DKI Jakarta yang melebihi Rp 40 Triliun, terburuk sepanjang sejarah DKI Jakarta.

Kondisi dipastikan akan semakin parah dengan diberlakukannya PSBB total mulai 14 September 2020. 

Berbagai prediksi yang menyatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 0% pada kuartal IV tahun 2020 bisa jadi melenceng lebih jauh dari target. 

Bahkan PDB di kuartal III bisa semakin menurun lebih tajam dari prediksi sebelumnya sebesar -1,1% sebagaimana diprediksi oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani.

Ilutrasi pasar yang tutup akibat PSBB yang bisa mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi berimbas resesi ekonomi (Sumber: kompas.com)
Ilutrasi pasar yang tutup akibat PSBB yang bisa mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi berimbas resesi ekonomi (Sumber: kompas.com)
Meski sebenarnya pemerintah melakukan pengecualian terhadap 11 sektor vital seperti kesehatan, bahan pangan/makanan/minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, utilitas publik dan industri yang ditetapkan sebagai objek vital nasional serta objek tertentu dan kebutuhan sehari-hari masih dibuka, tetapi tutupnya sektor industri, manufaktur serta berbagai unit usaha akan sangat memperlambat roda perekonomian Indonesia.

Kebijakan work from home (WFH) tentu tidak akan banyak menyumbangkan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian karena WFH lebih dominan menyentuh kepada hal-hal yang bersifat pelayanan dan jasa.

Kondisi ini memang tidak terelakkan karena masalah kesehatan adalah faktor utama. Jika kesehatan manusia bermasalah, maka ekonomi akan turut bermasalah karena subjek penggerak roda perekonomian itu tidak bisa produktif secara maksimal.

Jika PSBB berjalan, maka konsekuensinya tentu kepastian masuk ke jurang resesi, apalagi jika sampai provinsi lain mengikuti PSBB total. Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah kemungkinan bisa menyusul untuk menerapkan PSBB total untuk menghindari migrasi berlebih dari Jakarta, ini akan semakin menghadirkan ancaman serius bagi ekonomi nasional. 

Depresi Ekonomi?

Ilustrasi depresi ekonomi yang berujung pada krisis ekonomi (Sumber: Detik finance)
Ilustrasi depresi ekonomi yang berujung pada krisis ekonomi (Sumber: Detik finance)
Para ahli dan pengamat bahkan mengubah prediksinya untuk kuartal III tahun 2020 dari -1.1% menjadi 2% bahkan disinyalir bisa lebih. 

Jika itu terjadi, besar kemungkinan kuartal IV PDB Indonesia belum bisa beranjak dari angka negatif, ini artinya akan terjadi resesi yang berkepanjangan.yang berakibat pada depresi ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun