Dibalik kemudahan tersebut, ada berbagai tantangan yang dihadapkan kepada kita seperti risiko kehilangan pekerjaan terutama yang bersifat konvensional.
Menurut pemerintah akan kehilangan sebanyak 23 juta pekerjaan tetapi pada sisi yang lain sejalan dengan itu akan memunculkan 27-46 juta pekerjaan dengan skill yang baru dan berbeda tentunya.
Tantangan yang tak kalah menarik adalah soal potensi ketimpangan terutama bagi yang tidak siap untuk beradaptasi, pergeseran pendidikan ke arah non-formal, sektor jasa yang lebih berkembang dari industri manufaktur, serta yang tidak memiliki capital berpotensi membutuhkan pembiayaan yang dapat mengarah ke utang baru.
Strategi utama untuk menghadapi berbagai persoalan diatas adalah meningkatkan kapasitas infrastruktur TIK dan saran pendukung lainnya, meningkatkan kemampuan dan inovasi serta meningkatkan kapasitas SDM.
Peningkatan sumber daya manusia yang siap untuk beradaptasi dengan era disrupsi digital, salah satunya adalah pengembangan SDM melalui pendidikan vokasi.
Fokus pada Pelatihan Vokasi
Transformasi digital melalui berbagai revolusi yang sangat cepat padahal membutuhkan tenaga terampil dan terdidik yang sesuai dengan perkembangan zaman itu sendiri.Â
Sementara lembaga kependidikan masih belum melakukan berbagai transformasi terhadap produk kependidikan mereka sehingga menghasilkan output yang tidak siap terhadap dunia kerja.
Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) telah menyelenggarakan pelatihan berbasis digital (Blended) dengan memudahkan akses terhadap pendidikan atau pelatihan vokasi serta platform untuk meningkatkan kompetensi secara mudah dan murah.
Dalam penyelenggaraannya, pemerintah membuat dengan cara efisien, efisiensi anggaran pelatihan, masifikasi target pelatihan, aksesibilitas terhadap pelatihan serta meningkatkan employability angkatan kerja melalui pelatihan vokasi.Â