Tak lebih dari setahun lagi Gatot Nurmantyo akan pensiun, partai politik sudah mulai membuka pintu lebar-lebar kepada mantan Pangkostrad ini. Sebut saja Nasdem melalui Sekjennya sendiri menyatakan akan menampung semua tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan dan tokoh nasional. Salah satunya adalah Gatot Nurmantyo. Meski saat ini Nasdem berdalih bahwa semuanya tergantung kepada sang Jenderal, tetapi tidak bisa ditutupi bahwa besar keinginan Nasdem agar Gatot segera bergabung dengan partai berlambang biru kuning ini.
Tak ketinggalan, partai berlambang Mercy Demokrat seakan tak ingin mantan KASAD ini disunting oleh partai lain. Wakil ketua umum Demokrat Syarif Hasan menyatakan bahwa Demokrat selalu terbuka kepada setiap tokoh yang sesuai dengan platform Demokrat, terutama tokoh yang nasionalis-religius. Demokrat yang krisis tokoh potensial terlebih setelah dalam 5 tahun terakhir ini banyak anggota partai Demokrat yang terjerat oleh kasus hukum membuat Demokrat berharap lebih kepada Gatot.
Bukan tidak mungkin Gatot akan menjatuhkan pilihannya kepada Demokrat karena jika dirinya bergabung ke Demokrat, maka Gatot berpeluang besar menjadi capres, bukan menjadi cawapres. Terlebih dalam kontestasi perpolitikan 3 tahun terakhir ini, Demokrat selalu abstain atau terkesan tidak memihak kepada kubu pemerintah dan tidak memihak kepada kubu oposisi. Kondisi yang abu-abu ini semakin meyakinkan Gatot jika dirinya mau bergabung dengan Demokrat makan ganjarannya adalah menjadi Calon Presiden.
Partai belatarbelakang militer lain macam Hanura, Gerindra dan Golkar bukan tidak mungkin akan menjadi tempat bernaung Gatot Nurmantyo. Untuk Hanura yang merupakan partai pendukung pemerintah, nama Gatot kemungkinan besar akan menjadi pendongkrak suara Hanura. Mengingat dukungan Hanura yang sudah positif untuk mendukung Jokowi di 2019 nanti, besar kemungkinan Gatot akan menjadi calon wakil presiden di 2019 nanti.
Sama halnya dengan Hanura, Gerindra juga merupakan partai yang potensial untuk dinaungi oleh Gatot. Mengingat hubungan antara Gatot dengan Prabowo yang berlatar belakang sama, dari dunia kemiliteran, besar kemungkinan jika Gatot menjadi kader Gerindra, maka dirinya akan dijadikan sebagai calon wakil presiden, digadang-gadang akan mewakili Prabowo. Meski sebenarnya agak menggelitik bahwa Prabowo hanyalah jenderal bintang 3 sedangkan Gatot adalah jenderal bintang 4 yang akan menjadi mantan Panglima TNI segalanya masih memungkinkan tergantung kebijakan partai dan Prabowo itu sendiri.
Golkar jelas tidak ingin tinggal diam dalam mencari kader potensial untuk bertarung di 2019 nanti. Partai legendaris dan bernama besar ini tidak memiliki kader potensial saat ini. Bergabungnya Gatot akan semakin menumbuhkan elektabilitas partai Golkar meski secara umum masih diperlukan perbaikan sana-sini.
 Banyaknya kader Golkar yang berasal dari kalangan militer  bisa jadi daya tarik Gatot untuk bergabung dengan partai berlambang beringin ini. Meski Golkar sudah menyatakan akan mendukung Jokowi di 2019 nanti, tetapi suara dukungan bisa saja berubah mengingat Golkar adalah partai pendukung Prabowo di 2014 lalu. Peluang Gatot untuk menjadi calon presiden dan calon wakil presiden dinilai sama besar karena status dukungan Golkar terhadap pemerintah masih tidak signifikan.
PKS yang berbasis agamis juga membuka peluang besar bagi Gatot untuk bergabung dan menjadi kader. Dalam track-recordnya1 tahun belakangan ini, Gatot merupakan tokoh yang meraih simpati paling banyak lewat aksi-aksi "Bela Islam" belakangan ini. Mulai dari jilid 1 hingga jilid terakhir, simpati kepada Gatot terkesan lebih banyak jika dibandingkan dengan Jokowi dan Tito Karnavian.
 Dengan basis partai yang islamis, bukan tidak mungkin Gatot akan menjadi penantang serius Jokowi dan Prabowo di perhelatan 2019 nanti. Hal yang sama juga dimungkinkan akan terjadi terhadap partai PKB dan PPP beserta dengan koalisinya masing-masing.
Bagaimana dengan PDI-P? bukan menutup kemungkinan juga Gatot akan bergabung ke PDI-P, tetapi disinyalir kecil kemungkinan Gatot bergabung dengan PDI-P. secara sosiologis dan psikologis dalam kurun waktu 2 tahun belakangan ini, Gatot hanya dekat dengan Jokowi, sementara Jokowi bukanlah pimpinan partai. Jokowi juga bukan ketua DPP, Jokowi hanyalah kader partai politik yang kebetulan memiliki kinerja baik dan dipercaya oleh rakyat untuk memegang amanah sebagai Presiden RI.Â
Jokowi jugalah yang mengangkat dan melantik Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI pada 2015 lalu. Kedekatan secara psikologis bukan tidak mungkin membuat Gatot menjatuhkan pilihannya kepada PDI-P, atau setidaknya jika berkarir di partai lain, dirinya kemungkinan besar akan didaulat menjadi pendamping Jokowi di 2019 nanti.