Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Curhat Pilu Seorang Fans Arsenal

8 Maret 2017   17:25 Diperbarui: 9 Maret 2017   22:02 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengabadikan diri saat di stadion Gelora Bung Karno Sumber : Dokumen pribadi

Perkenakan, nama saya Jhon Miduk Sitorus. Pemuda Batak yang tergila-gila dengan Arsenal. Rasanya tiada hari tanpa membaca berita  dan membayangkan  Arsenal. Di media sosial, berita online, Koran, hingga majalah bola. Saya jatuh hati kepada klub asal London Utara ini sejak  akhir tahun 2005. Saat itu, saya menemukan sebuah Koran bola yang headline news nya bergambarkan sang legenda Thierry Henry yang sedang menggiring bola mengenakan kostum tandang warna merah maroon, celana putih, lambang arsenal di dada tengah. Saya menemukan Koran itu di tempat sampah samping rumah kakek saya.

Saat itu, saya tertarik dengan warna kostum Arsenal. Di lembaran kedua, saya menemukan Robert Pires, Fabregas, dan Jose Antonio Reyes melakukan selebrasi dengan berpelukan bersama mengenakan kostum warna merah lengan putih bertuliskan O2. Sungguh takjub kala itu karena baru pertama kali itulah saya melihat koran bola. Maklum, rumahku berada di pelosok desa sehingga koran adalah sesuatu yang langka di kampungku. Hanya koran Sinar Indonesia Baru (SIB) yang terkenal disana, itupun koran bekas bungkus martabak dan bungkus cabai bekas belanjaan ibu-ibu dari pasar.

Saat itu, sepakbola belum setenar sekarang ini yang bisa di tonton lewat apa saja. Saat itu, sepakbola hanya bisa ditonton lewat TV saja, maklum internet belum ada disana. Jadi, untuk menonton Arsenal berlaga, saya terpaksa bangun jam 01.30 WIB saat Arsenal berlaga di Liga Champions. Beberapa pertandingan Arsenal juga ditayangkan langsung di TV lokal, namun itu hanya beberapa kali karena fasilitas tayangan TV lokal terhadap liga inggris dibagi berdasarkan jatah klub.

Saya sebenarnya bukanlah pria yang doyan bermain sepakbola, menendang bola pun kadang melengceng kemana-mana. Praktis, saya sangat jarang bermain sepakbola di sekolah sebagaimana teman-teman saya yang selalu bermain setiap hari yang melawan kelas lain setiap jeda jam pelajaran. Meski demikian, setiap hari minggu saya selalu bermain bola sehabis pulang gereja karena memang teman saya kekurangan pemain. Jadilah saya penambal barisan pertahanan karena dikampung siapa yang tidak jago main sepakbola sudah pasti jadi pemain bertahan atau penjaga gawang.

Kembali ke Arsenal, sejak saya menemukan koran itu setiap hari saya selalu berusaha mencari informasi tentang Arsenal. Saya selalu menonton berita olahraga sebelum berangkat sekolah, dan ulasan sepakbola di TV tertentu setiap hari sabtu dan minggu. Jika ada siaran ulang tentang Arsenal, saya selalu antusias menontonnya.

Saking cintanya dengan Arsenal, saya juga selalu membeli poster pemain Arsenal. Tetapi karena sulit mencari poster pemain Arsenal saat itu, saya hanya bisa menggunting pemain Arsenal dari berbagai koran kemudian saya tempelkan di balik pintu kamar dan dinding kamar saya.

Meski sudah lama menjadi fans Arsenal, tetapi saya belum pernah melihat Arsenal mengangkat Trofi Juara bergengsi macam Liga Inggris dan Liga Champions. Padahal, materi pemain setiap musim sudah cukup mumpuni untuk mendapatkan gelar juara. Meski beberapa kali mendapatkan trofi minor macam piala FA, Emirates Cup, dan Community Shield, tetapi tidaklah cukup untuk melihat mereka sekali saja untuk mengangkat trofi bergensi tersebut. Arsenal memang pernah melaju ke final Liga Champions 2006, tetapi ditaklukkan oleh Barcelona dengan skor 2-1.

Semua pendukung Arsenal merindukan gelar juara. Harapan tinggi tetap dibebankan kepada sang pelatih Arsene Wenger setiap awal musim tetapi harapan itu selalu pupus sejak melewati bulan Januari. Siklus ini sudah menjadi kebiasaan sejak tahun 2006 dimana sejak itu pula Arsenal tidak pernah mengangkat trofi.

Siklus ini menjadi kebiasaan dalam hidupku selama menjadi pendukung Arsenal. Sudah lebih dari 11 tahun tidak merasakan bagaimana rasanya berteriak sekeras-kerasnya karena tim kesayangan mengangkat trofi. Setiap akhir musim, saya hanya bisa melihat teman-teman dengan begitu senangnya dikala tim yang mereka dukung mengangkat trofi. Setiap tahun jaminan juara selalu ada pada tim kesayangan mereka seperti Manchester United, Chelsea, Barcelona, Real Madrid, Juventus, Inter Milan, dan lain-lain.

Sering di Bully

Saya adalah salah satu korban bully sepakbola karena tim kesayangan saya paling sering kalah terutama jika menghadapi klub-klub raksasa. Tahun 2008 misalnya ketika perempat final piala FA yang mempertemukan Arsenal dengan Manchester United. Saat itu Arsenal dibantai 4-0 oleh Man United pada hari minggunya. Senin pagi, saya menjadi bahan candaan teman-teman disekolah karena kekalahan tim kesayangan. Mereka semua tahu jika aku begitu cinta dan loyal kepada Arsenal. Pada tahun tersebut, hanya kemenangan atas AC Milan yang patut dibanggakan sebagai pendukung Arsenal karena AC Milan adalah juara bertahan Liga Champions edisi sebelumnya.

Saat SMA, Arsenal juga pernah dibantai oleh Barcelona 4-0, dimana Leonel Messi memborong seluruh golnya ke gawang Manuel Almunia kala itu tepatnya 2010 di Liga Champions di Camp Nou. Teman-teman langsung menjadikan Arsenal sebagai bahan candaan karena Messi terlihat seperti berlatih sepak bola saat melawan Arsenal.

Kekalahan melawan Manchester United 8-2, melawan Chelsea 6-0, Liverpool 5-3, Manchester City 4-2, Bayern Muenchen 5-1 tahun 2016 hingga kekalahan back to back 5-1 dan 1-5 yang menghasilkan agregat fantastis (10-2) untuk kemenangan Bayern Munchen tadi malam. Semua kekalahan diatas hanyalah sedikit dari berbagai kekalahan terhadap klub-klub besar yang didukung oleh teman-teman saya. Tidak jarang juga saya menerima ledekan dari teman-teman di bangku kuliah saat sedang berada didalam kelas, nongkrong diwarung, atau bahkan ketika bertemu sapa dijalan.

Kekalahan Arsenal selalu menghantui pikiran saya. Saya selalu berdoa bahkan pernah beberapa kali saya berdoa syafaat agar Arsenal memenangi pertandingan. Tetapi, kalah juga entah Tuhan belum mengabulkan atau doa syafaat pendukung tim lain masih lebih jago yang pasti semua sudah takdir Tuhan, Arsenal belum saatnya mengangkat trofi Liga Inggris atau Liga Champions Eropa.

Korban PHP

Semua fans Arsenal terutama fans 11 tahun terakhir pasti sepakat jika dirinya adalah korban php (pemberi harapan palsu). Apalagi sang manager, Arsene Wenger yang selalu menjanjikan jika Arsenal akan meraih trofi Liga Inggris dan Liga Champions, itu menjadi target utama.

Awal musim wenger biasanya membeli pemain bintang (meskipun mayoritas dari panicbuying macam Welbeck, Ozil, Perez, Mustafi, dan Sanchez). Pada  bulan Agustus, September, Oktober, dan November penampila Arsenal masih menjanjikan bagi segenap elemen seperti pemain, pendukung atau supporter, dan penggemar Arsenal. Biasanya dibulan tersebut Arsenal selalu mampu menunjukkan performa maksimal dengan berada di peringkat 1 atau 2 klasemen sementara.

Pada bulan Desember, Arsenal biasanya akan gugur di Piala Liga Inggris (capital one cup sekarang ini), tetapi belum menggoyahkan konsistensi Arsenal di singgasana Liga Inggris tetapi sudah mulai dilanda badai cedera. Sudah menjadi trend bagi Arsenal tiada tahun tanpa pemain cedera. Dalam 3 tahun terakhir, pemain inti paling sering cedera yang menghambat konsistensi Arsenal seperti Walcott, Cazorla, Ozil, Coquelin, Gibbs, Chamberlain, Giroud sangat merusak performa tim.

Pada bulan Januari, bulan ujian yang sesungguhnya bagi Arsenal. Arsenal biasanya mulai keteteran hingga tercecer ke peringkat 3 atau 4 meski rasa optimisme masih tinggi. Pada bulan Februari, Arsenal biasanya akan berhadapan dengan tim raksasa Eropa macam Bercelona atau Bayern Munchen di babak 16 besar Liga Champions. Arsenal biasanya dikalahkan dengan skor yang telak. Pun begitu dengan Liga Primer Inggris, Arsenal biasanya mengalami kekalahan yang menurunkan moral dan semangat para pemain sehingga mentalnya anjlok drastis.

Pada bulan Maret, Arsenal sudah kehilangan tempat di Liga Champions, demikian juga piala FA. Beruntung dalam edisi 2015 dan 2016, Arsenal memenangi piala FA sebagai pelipur lara. Tetapi, lazimnya pada bulan ini, Wenger sudah mengangkat bendera putih pada perjuangan liga Primer dengan opini pilihan “realistisnya”, mengejar atau mempertahankan posisi 4 besar agar musim depan setidaknya bisa berlaga di Liga Champions Eropa.

Bulan April, Arsenal sudah seperti kehabisan bensin, tak berdaya menghadapi layan sembari mengharap kekalahan tim-tim peringkat 4 besar lainnya. Kekalahan tim lain jelas membantu Arsenal setidaknya tidak tertinggal terlalu jauh. Akhir bulan April, Arsenal kembali menemukan jati dirinya dengan meraih kemenangan demi kemenangan tetapi kemenangan itu dimaksudkan agar mampu meraih posisi 4 besar, tidak lebih dari itu. Jika mampu meraih posisi 2 seperti musim kemarin, itu termasuk keberuntungan karena Leicester yang juara dan performa Machester City, Chelsea, dan Man United yang sedang jeblok.

Hingga bulan Mei, Arsenal akhirnya menjalani pertandingan terakhir atau pekan ke-38. Pertandingan itu bak pertandingan final agar bisa duduk di posisi 4. 1 gol yang dicetak Arsenal rasanya seperti gol Mario Gootze di final piala dunia 2014 lalu dan kemenangan dipertandingan itu rasanya seperti  kemenangan di final piala dunia.

Namun, semuanya hanya ilusi dan proyek gagal dari target utama. Semuanya akan kembali pada peringkat 4. Kemudian pada awal musim kembali memasang target juara, tetapi endingnya selalu berharap 4 besar. Sepertinya posisi 4 besar menjadi posisi paling berharga di Liga Inggris dibanding posisi 1 sebagai juara.

Seperti itulah korban php Arsene Wenger. Tetapi meskipun demikian, saya adalah fans sejati Arsenal. Kekalahan dan kemenangan diterima apa adanya. Kecewa wajar jika Arsenal kalah, tetapi tidak ada pernah berpikir sekalipun untuk berpindah klub kesayangan apalagi jika harus menjadi pendukung Manchester City, Barcelona, Chelsea, dan PSG.

Setiap tahun saya dan fans Arsenal sedunia tentunya berharap trofi itu datang benar-benar, bukan peringkat 4 saja atau sekedar masuk Liga Champion Eropa. Semua fans tentu berharap yang terbaik dari tim kesayangannya meskipun terkadang harus menerima kenyataan gagal menjadi juara. Tetapi, jika setiap musim tidak pernah juara, siapa yang tidak nyesak  bro?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun