Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Belajar Tak Selamanya Harus di Sekolah

10 Agustus 2016   13:22 Diperbarui: 10 Agustus 2016   13:37 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke gagasan Full Day School.Gagasan ini sudah barang tentu akan menggunakan lingkungan sekolah sebagai sarana dan prasarana atau sebagai ruang lingkup praktek kebijakannya. Jika dalam tiga tahun siswa proses belajar siswa ditetapkan di lingkungan sekolah, sama saja ibarat “menyuruh ikan terbang didalam kandang kering”.

Sudah disuruh terbang, dikandang kering pula. Siswa butuh wadah yang lebih luas untuk berekspresi dan berinovasi karena belajar itu bukan hanya dilingkungan sekolah. Lingkungan terbesar dalam proses belajar ada di lingkungan masyarakat itu sendiri termasuk keluarga karena selama – lama kita tinggal disekolah, tetap kita akan kembali ke lingkungan keluarga. Keluarga adalah pembentuk karakter yang utama bukan sekolah.

Keluarga dan masyarakat adalah pembentuk karakter dan watak anak didik selama-lamanya, bukan sekolah. Siswa yang bisa belajar di lingkungan sekolah belum tentu terampil untuk menyikapi fenomena lingkungan sosial, tetapi siswa yang sudah terampil dalam menghadapi fenomena sosial, sudah tentu dia akan sukses belajar di dunia sekolah.

Kedua ruang lingkup ini memiliki hubungan erat dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa. Seperti tujuan kurikulum 2013 yang menekankan aspek afektif (moral, tingkah laku, dan sikap) siswa, sudah saatnya diberikan kebebasaan kepada siswa untuk berekspresi sebebasnya, bukan hanya belajar di lingkungan sekolah. Waktu jam 07.00- jam 14.00 sudah lebih dari cukup untuk belajar disekolah, selebihnya berikan kebebasan kepada siswa untuk menerapkan, mengevaluasi, dan menemukan  apa yang dipelajari disekolah agar siswa lebih paham dan mengalami sendiri apa yang dipelajari disekolah.

Soal perilaku negatif siswa karena jam pulang kerja orang tua yang lebih lama dari jam pulang anak sekolah, seharusnya ini bukanlah alasan bagi pemerintah. Masalah mental dan perilaku anak didik tergantung dari apa yang didapatkannya disekolah dan lingkungannya sehingga perlu kerjasama antara guru, orang tua, dan masyarakat sekitar untuk mendukung perilaku anak agar lebih baik. 

Guru memberikan bimbingan dan pengawasan disekolah, orang tua memberikan dorongan, dan masyarakat memberikan apresiasi atas pencapaian anak didik, sepertinya sudah cukup untuk meningkatkan kualitas anak didik tanpa harus membebani pikiran dan jam belajar disekolah. Belajar bisa dimana saja, bukan harus disekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun