Kembali ke gagasan Full Day School.Gagasan ini sudah barang tentu akan menggunakan lingkungan sekolah sebagai sarana dan prasarana atau sebagai ruang lingkup praktek kebijakannya. Jika dalam tiga tahun siswa proses belajar siswa ditetapkan di lingkungan sekolah, sama saja ibarat “menyuruh ikan terbang didalam kandang kering”.
Sudah disuruh terbang, dikandang kering pula. Siswa butuh wadah yang lebih luas untuk berekspresi dan berinovasi karena belajar itu bukan hanya dilingkungan sekolah. Lingkungan terbesar dalam proses belajar ada di lingkungan masyarakat itu sendiri termasuk keluarga karena selama – lama kita tinggal disekolah, tetap kita akan kembali ke lingkungan keluarga. Keluarga adalah pembentuk karakter yang utama bukan sekolah.
Keluarga dan masyarakat adalah pembentuk karakter dan watak anak didik selama-lamanya, bukan sekolah. Siswa yang bisa belajar di lingkungan sekolah belum tentu terampil untuk menyikapi fenomena lingkungan sosial, tetapi siswa yang sudah terampil dalam menghadapi fenomena sosial, sudah tentu dia akan sukses belajar di dunia sekolah.
Kedua ruang lingkup ini memiliki hubungan erat dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa. Seperti tujuan kurikulum 2013 yang menekankan aspek afektif (moral, tingkah laku, dan sikap) siswa, sudah saatnya diberikan kebebasaan kepada siswa untuk berekspresi sebebasnya, bukan hanya belajar di lingkungan sekolah. Waktu jam 07.00- jam 14.00 sudah lebih dari cukup untuk belajar disekolah, selebihnya berikan kebebasan kepada siswa untuk menerapkan, mengevaluasi, dan menemukan apa yang dipelajari disekolah agar siswa lebih paham dan mengalami sendiri apa yang dipelajari disekolah.
Soal perilaku negatif siswa karena jam pulang kerja orang tua yang lebih lama dari jam pulang anak sekolah, seharusnya ini bukanlah alasan bagi pemerintah. Masalah mental dan perilaku anak didik tergantung dari apa yang didapatkannya disekolah dan lingkungannya sehingga perlu kerjasama antara guru, orang tua, dan masyarakat sekitar untuk mendukung perilaku anak agar lebih baik.
Guru memberikan bimbingan dan pengawasan disekolah, orang tua memberikan dorongan, dan masyarakat memberikan apresiasi atas pencapaian anak didik, sepertinya sudah cukup untuk meningkatkan kualitas anak didik tanpa harus membebani pikiran dan jam belajar disekolah. Belajar bisa dimana saja, bukan harus disekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H