Ada ratusan jumlah pemilih di luar sana yang ngga main medsos yang jadi sasaran utama para paslon itu. Itulah kenapa kadang kita suka bingung. Kok program paslon ini aneh tapi banyak yang milih? Ya karena memang bukan kita target program mereka.
Apa yang disampaikan oleh akun tersebut benar adanya. Yang dinamakan bias media sosial itulah yang disebut bubble effect oleh para praktisi media sosial.Â
Sebenarnya bubble effect ini akan jadi dampak positif untuk kita ketika memang konten-konten yang kita butuhkan dan "harapkan" saja yang muncul di timeline. Namun, kelemahannya, beginilah yang akan terjadi. Kita hanya akan bertemu dan berinteraksi, serta hanya akan disuguhi konten-konten yang "sependapat" dengan kita.
Akhirnya, kita menjadi orang yang berpikiran sempit, sulit untuk menerima pendapat orang lain karena hal-hal yang berada di luar pendapat kita adalah tidak benar, karena itulah yang selama ini kita yakini. Padahal, ada begitu banyak pendapat di luar sana, di dunia yang sangat luas ini, tentang hal yang kita pikirkan.
Penting untuk melihat dari dua sisi, tidak hanya melihat dari wajah timeline media sosial kita. Sehingga kita akan menjadi orang yang lebih bijaksana dalam menerima sebuah perbedaan, menghadapi kenyataan yang mungkin di luar harapan, dan yang paling penting punya sudut pandang yang luas terhadap suatu permasalahan.
Pemilu yang berlangsung saat ini memang panas, ada banyak isu di sana sini, namun yang harusnya kita yakini adalah semua menginginkan yang terbaik untuk negeri kita, meskipun dengan jalan yang berbeda-beda. Oleh karena itu mari kita akhiri segala fanatisme berlebihan yang menumpulkan akal sehat, empati, dan juga kebijaksanaan yang semestinya kita miliki sebagai orang deeasa yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H