Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Penulis - Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengunjungi Makam Tokoh Freemason di Kota Malang

29 Januari 2024   09:58 Diperbarui: 29 Januari 2024   09:59 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada makam Eyken tampak begitu jelas gambar jangkar dan mistar (penggaris) siku yang sangat identik dengan lambang Freemason yang sudah menjadi rahasia umum. Lalu siapakah makam di sebelah Eyken dan tanpa nama tersebut?

Menurut penuturan Guide yang menemani kami saat itu, di sebelah makam Eyken adalah makam istrinya. Namun tak diketahui hingga saat ini asal usul istrinya tersebut, termasuk nama dan juga keturunan mana. 

Arti Daun Akasia di Makam Tanpa Nama Freemasonry

Sebagaimana yang telah teman-teman lihat dalam gambar, bahwa lambang tersebut seperti daun Accacia, dimana daun tersebut melambangkan "immortality of soul" yakni sebuah simbol yang juga turut hadir di kalangan Freemasonry.

Akasia sendiri menjadi pohon istimewa bagi orang-orang Yahudi. Dalam bahasa Ibrani, akasia dilafalkan sebagai "Shitim", dalam hal ini Tuhan memerintahkan Musa untuk menggunakan pohon Akasia tersebut untuk membangun sebuah Tabut Perjanjian. 

Nah, Tabut Perjanjian ini adalah tempat dimana Musa meletakkan loh batu yang memuat sepuluh perintah Allah. 

Untuk makna Akasia itu sendiri, telah disebutkan dalam laman freemason.com, dan tak heran jika lambang daun Akasia ini menjadi salah satu simbol di makam orang-orang Freemason.

Telah diterjemahkan dari laman asli freemason.com, Akasia memiliki makna yang begitu dalam bagi mereka. 

Setidaknya selama dua ratus tahun dan mungkin lebih lama lagi, setangkai akasia telah menjadi ajaran utama Freemasonry. Kuburan bukanlah akhir dari segalanya. Tubuh akan mati dan membusuk, namun sesuatu yang "memiliki kesamaan terdekat dengan apa yang meliputi seluruh alam dan yang tidak pernah, tidak akan pernah mati," bangkit dari kubur menjadi salah satu dari kumpulan besar yang telah mendahului kita. Kesalahan dapat membunuh, begitu pula kejahatan dan keserakahan yang egois, namun tidak secara permanen. Apa yang benar dan adil serta baik tidak dapat dihancurkan. Tubuhnya mungkin dibunuh, hilangnya mungkin terpengaruh, sampah Bait Suci dan kuburan sementara mungkin menyembunyikannya untuk sementara waktu, tetapi di mana sesuatu yang fana dikuburkan, di sana tumbuh setangkai akasia yang selalu hijau dan hidup -- tidak ada akasia semakin kecil kemungkinannya bahwa itu adalah ranting rohani, suatu tanaman yang bukan berasal dari bumi, yang bersifat duniawi.

Tak heran ya, makam tanpa nama yang memiliki simbol daun Akasia tersebut menarik perhatian kita. Ternyata, begitulah maknanya. Tanaman yang diyakini tidak berasal dari bumi dan jauh dari sifat duniawi. Sebagaimana ajaran Islam bahwa kuburan bukanlah akhir dari segalanya.

Justru menjadi pintu menuju alam yang kekal abadi, yakni akhirat untuk kemudian menuju surga atau neraka. Kuburan menjadi salah satu perjalanan panjang kita setelah kematian, setelah roh berpisah dengan badan. 

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun