Dalam buku Setiap Hari Stoik karya Ryan Holiday dan Stephen Hanselmen ini ada 366 renungan yang dituliskan untuk menjalani hidup. Jika ada 366 berarti ada satu renungan setiap harinya. Inilah yang menarik dan membuat saya tergerak untuk membuat refleksi dari renungan yang dituliskan oleh Ryan Holiday dan Stephen Hanselman ini.
Sebelum kita beranjak ke renungan "Setiap Hari Stoik", mari saya jelaskan terlebih dahulu sedikit tentang Stoik.
Stoik Hari Ini, Dari Yunani Ke Romawi
Stoikisme sendiri merupakan sebuah aliran filsafat yang didirikan di Athen oleh Zeno yang berasal dari kota kuno Citium pada awal abad ketiga sebelum Masehi. Istilah Stoik sendiri berasal dari bahasa Yunani stoa, yang berarti teras.Â
Dari sini mungkin teman-teman lalu familiar dengan istilah filosofi teras ya? Benar, salah satu buku best seller karya Henry Manampiring yang juga terinspirasi dari Zeno. Kenapa disebut teras? Karena di situlah Zeno pertama kali mengajar murid-muridnya.
Pada intinya, Stoikisme mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa pun di luar apa yang Epictetus sebut sebagai "pilihan akal sehat kita", kemampuan kita menggunakan nalar untuk memilih bagaimana kita mengkategorikan, menanggapi, dan mengorientasikan diri kita terhadap kejadian-kejadian di luar.Â
Refleksi di Bulan Januari
Dalam buku Setiap Hari Stoik ini diberi penanggalan setiap harinya hingga 31 Desember nanti. Agak terlambat puluhan hari sih, tapi tak mengapa. Semoga saya bisa memberikan refleksi setiap harinya untuk bisa dimanfaatkan juga oleh teman-teman.
Hari 1 : Kendali dan Pilihan
Tugas utama dalam hidup hanyalah ini : mengidentifikasi dan memilah masalah agar aku bisa katakan dengan jelas kepada diriku sendiri manakah masalah-masalah eksternal yang tidak berada di bawah kendaliku dan manakah yang berkaitan dengan pilihan-benar yang memang bisa aku kendalikan. Kemanakah aku bisa mencari kebajikan dan kekejian? Tidak kepada hal-hal eksternal yang tidak terkendali, tetapi di dalam diri ini kepada pilihanku sendiri. (Epictetus)
Ya, kalau teman-teman sudah membaca buku-buku tentang Stoikisme, termasuk Filosofi Teras, yang bisa kita tarik benang merahnya adalah tentang bagaimana kita bisa membedakan apa yang bisa kita ubah dan apa yang tidak bisa.
Apa yang bisa kita pengaruhi dan mana yang tidak bisa.
Hari ini saya merasa bahwa grup whatsapp keluarga makin memanas karena Pilpres semakin dekat. Ada dua pilihan yang terpecah dan semua itu membuat masing-masing dari mereka fanatik sampai-sampai keluar kata-kata "tolol" dari ketikannya. Saya miris sih, padahal ini grup whatsapp "keluarga" dimana hubungan ini tersambung karena hubungan darah.
Namun harus ribut juga gara-gara Pemilihan Presiden.Â
Tidak seperti lima tahun yang lalu, saya lebih tenang dan santai menghadapinya. Kalau lima tahun lalu saya termasuk ke golongan yang berapi-api mendukung salah satu Calon Presiden dan tidak ragu "menyerang" yang tidak sependapat.
Setelah belajar banyak tentang Stoik hari ini saya merasakan perbedaannya, antara saya lima tahun yang lalu dan yang sekarang.
Kok saya bisa sesantai ini ya menghadapi orang-orang yang saling mengolok-olok? Kok saya bisa ngga tersinggung sama sekali ya kalau Calon Presiden yang saya dukung diserang dengan berbagai macam hoax?Â
Lalu saya menyadari, ini nih enaknya memahami dan mempraktikkan Stoik alias menerima takdir dalam hidup.Â
Yaitu siapa pun Presiden Indonesia 2024 nanti, semua itu adalah hal di luar kendali kita. Yang bisa kita kendalikan adalah pilihan atau suara kita sendiri. Sesungguhnya orang-orang yang sedang saling mengecam adalah orang-orang yang bertempur dalam peperangan yang tidak akan pernah mereka menangkan.
Karena mereka semua juga bukan keluarga para calon Presiden itu kok. Jadi percuma ribut-ribut, lebih baik fokus dengan apa yang bisa kita lakukan saat ini agar hari-hari kita lebih produktif dan tidak lagi meributkan hal-hal yang sebenarnya di luar kendali kita.
Tugas kita adalah berbuat baik, memberi contoh kebaikan-kebaikan pada anak cucu, menyebarkan kebaikan dengan cara yang baik pula, termasuk bersikap bijak menghadapi perbedaan. Termasuk perbedaan pilihan Presiden, hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H