Hari ini saya merasa bahwa grup whatsapp keluarga makin memanas karena Pilpres semakin dekat. Ada dua pilihan yang terpecah dan semua itu membuat masing-masing dari mereka fanatik sampai-sampai keluar kata-kata "tolol" dari ketikannya. Saya miris sih, padahal ini grup whatsapp "keluarga" dimana hubungan ini tersambung karena hubungan darah.
Namun harus ribut juga gara-gara Pemilihan Presiden.Â
Tidak seperti lima tahun yang lalu, saya lebih tenang dan santai menghadapinya. Kalau lima tahun lalu saya termasuk ke golongan yang berapi-api mendukung salah satu Calon Presiden dan tidak ragu "menyerang" yang tidak sependapat.
Setelah belajar banyak tentang Stoik hari ini saya merasakan perbedaannya, antara saya lima tahun yang lalu dan yang sekarang.
Kok saya bisa sesantai ini ya menghadapi orang-orang yang saling mengolok-olok? Kok saya bisa ngga tersinggung sama sekali ya kalau Calon Presiden yang saya dukung diserang dengan berbagai macam hoax?Â
Lalu saya menyadari, ini nih enaknya memahami dan mempraktikkan Stoik alias menerima takdir dalam hidup.Â
Yaitu siapa pun Presiden Indonesia 2024 nanti, semua itu adalah hal di luar kendali kita. Yang bisa kita kendalikan adalah pilihan atau suara kita sendiri. Sesungguhnya orang-orang yang sedang saling mengecam adalah orang-orang yang bertempur dalam peperangan yang tidak akan pernah mereka menangkan.
Karena mereka semua juga bukan keluarga para calon Presiden itu kok. Jadi percuma ribut-ribut, lebih baik fokus dengan apa yang bisa kita lakukan saat ini agar hari-hari kita lebih produktif dan tidak lagi meributkan hal-hal yang sebenarnya di luar kendali kita.
Tugas kita adalah berbuat baik, memberi contoh kebaikan-kebaikan pada anak cucu, menyebarkan kebaikan dengan cara yang baik pula, termasuk bersikap bijak menghadapi perbedaan. Termasuk perbedaan pilihan Presiden, hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H