Hari Raya tentu saja akan datang satu tahun sekali dan saya tak akan keberatan jika kalian merayakannya dengan pesta kembang api dan petasan yang gegap gempita. Namun alangkah baiknya perayaan yang bisa dilakukan dengan khidmat dan penuh rasa syukur ini tidak sampai membuat orang lain menepi dan mengutuk diri, jangan-jangan kami yang tak bisa beradaptasi?
Yuk kita saling memahami dan menghormati waktu-waktu istirahat mereka yang berharga.
Surat ini untuk kampung halamanku yang hanya berjarak 30 menit dari hunian kami yang sepi. Ada kalanya saya rindu, ada kalanya saya berharap bisa tinggal di tengah-tengah kampung yang hangat dan menjadi tempat pulang terbaik ketika hati sepi.
Semoga kamu bisa mendengar tulisan ini. Mencoba mengevaluasi diri dan mengubah hal-hal yang dapat merugikan banyak orang. Ingat bahwa kita hidup hanya sekali. Jangan sampai tinta merah yang terbakar karena kemarahan orang-orang yang terganggu itu menghiasi jurnal kehidupan kita. Hidup ini hanya sekali, masalahnya dengan tinta apa kisah hidup kita ditulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H