Resolusi Ramadhan 2023, Terbebas dari Bubble Effect di Media Sosial
Inginnya sih Ramadhan ini saya ngga lagi menggerakkan jari-jari dan memunculkan narasi soal kejulidan saya bersama teman sepermainan tentang bobroknya beberapa Kementerian di negeri ini. Saya juga inginnya menghindari gosip soal artis, soal teman yang ngajakin berbuka tapi untuk pamer, hingga gosip soal THR beberapa PNS yang ngga cair dulu, entah kenapa alasannya.
Namun apalah daya, memaknai Ramadhan sebagai bulan yang harusnya bisa menahan dari segala hawa nafsu dan keluar dari fitrah manusia ciptaan Allah rasanya berat sekali. Tak heran hadiah untuk orang-orang yang "menang" di hari raya nanti adalah surga, bukan kipas angin seperti di kegiatan gerak jalan yang capeknya ngga seberapa.
Apakah kemudian kita menyerah di hari ke-10 Ramadhan tahun ini? Jangan yaa.. Masih ada 20 hari lagi, 20 kali kesempatan untuk menempa diri agar kita terhindar dari bubble effect di media sosial.Â
Ramadhan tahun ini ingin saya maknai sebagai Ramadhan yang penuh arti, karena ada perubahan dalam diri.
Jangan sampai menyesal karena jejak digital pun tak bisa dihapus selamanya, bestie.
Saya ingin memaknai Ramadhan tahun ini dengan menjadikannya sebagai bulannya Al-Quran, bulan dimana malam-malam dihidupkan, bulan dimana sedekah menjadi ringan seringan tiupan angin yang membawa serbuk bunga-bunga taman, serta bulan untuk memaafkan.
Saya ingin memaknai Ramadhan tahun ini dengan bulan untuk bertahan dari segala macam godaan. Godaan ghibahi, godaan buka bersama yang melalaikan ibadah, juga godaan bubble effect di media sosial yang membahayakan.
Bagaimana dengan teman-teman? Apa makna bulan Ramadhanmu tahun ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H