Bahkan embung yang ada juga dibiarkan begitu saja, hanya untuk irigasi serta bertanam selada air. Sebagai informasi, embung sendiri dibangun untuk penampung air hujan dan mata air, sungai, atau sumber lainnya untuk suplesi irigasi.
Lalu Kepala Desa saat itu berpikir untuk memulai memetakan potensi desa dengan bantuan dari banyak pihak. Pak Subur memulainya dengan mengarahkan mitos yang tersebar di kalangan masyarakat pada logos (keilmuan) agar desa tersebut bisa lebih maju dan berkembang. Hal tersebut dimulai dengan mengeruk embung yang sudah penuh dengan endapan lumpur.
"Butuh dua bulan untuk membersihkan sedimentasinya," ungkap Subur saat itu sebagai Kepala Desa.
Perubahan Desa Tertinggal di Boon Pring dari Mitos Menjadi Logos
Tentu saja kita harus percaya bahwa dengan ilmu, kita bisa mengubah apa pun yang tak mungkin menjadi mungkin. Termasuk ketika mengubah pandangan masyarakat soal mitos mata air yang membuat awet muda yang harus dijaga turun-temurun tak tersentuh. Lalu dengan logos (ilmu) kita bisa merawat sumber mata air dengan perbaikan dan pengembangan desa namun tetap tidak merusak mata air yang ada.
Kalau dulu anak-anak harus melepas sepatu untuk menyeberang sungai karena Desa Sanankerto adalah desa yang terisolir, kini anak-anak tidak perlu lagi melepas sepatunya untuk mencapai sekolah. Karena sudah ada jembatan dan Desa Sanankerto bukan lagi menjadi langganan program Inpres Desa Tertinggal.
Tentu saja perubahan paradigma di tengah masyarakat Boon Pring tidak bisa dilakukan hanya dalam  sekejap saja. Namun membutuhkan waktu untuk memperbaiki, menanamkan keilmuan di dalamnya, memberikan pendampingan, hingga menjadi kawasan eko wisata Boon Pring yang ramai dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya sekarang.
Bangkitnya Gen Kreatif di Desa Terisolir
Pasca perbaikan yang diinisiasi oleh Bapak Kepala Desa itulah kini masyarakat mulai melakukan perbaikan dan perawatan.
Masyarakat mulai berpikir kreatif bagaimana caranya memajukan desa mereka, bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitarnya. Hingga akhirnya berdirilah wahana wisata dan spot foto bagi wisatawan yang datang berkunjung.
Tiket masuk ke Wisata Boon Pring yang dibangun oleh Kepala Desa bersama dengan masyarakat setempat ini murah meriah, mulai Rp10.000 per orang untuk menikmati hijaunya alam dan segarnya udara hutan bambu di Desa Sanankerto. Dengan harga murah itu, kita bisa menikmati fasilitas kolam renang yang luas, perahu kayuh bebek di danau buatan atau perahu motor jika memang tidak mau capek-capek mengayuh.