Mohon tunggu...
Jesu Uha
Jesu Uha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi taekwondo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penggunaan Bahan Alternatif Ramah Lingkungan dalam Konstruksi Bangunan

12 Juni 2024   20:20 Diperbarui: 12 Juni 2024   20:30 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penggunaan bahan alternatif ramah lingkungan dalam konstruksi bangunan telah menjadi topik penting dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan iklim, polusi, dan penurunan sumber daya alam menuntut industri konstruksi untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Penggunaan bahan-bahan ini tidak hanya mengurangi jejak karbon tetapi juga menawarkan manfaat jangka panjang bagi kesehatan penghuni bangunan dan lingkungan.

Manfaat Bahan Alternatif Ramah Lingkungan

Salah satu bahan alternatif yang semakin populer adalah **bambu**. Bambu dikenal sebagai salah satu bahan yang paling cepat tumbuh di dunia. Pertumbuhannya yang cepat, sekitar 3-5 tahun hingga bisa dipanen, menjadikannya pilihan yang berkelanjutan dibandingkan dengan kayu keras konvensional yang memerlukan puluhan tahun untuk tumbuh. Selain itu, bambu memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi daripada baja, serta kekuatan tekan yang setara dengan beton, menjadikannya material yang ideal untuk berbagai aplikasi konstruksi, termasuk struktur rangka, dinding, dan lantai . Bambu juga dapat tumbuh di berbagai kondisi iklim dan tanah, yang berarti dapat dibudidayakan di banyak tempat, mengurangi biaya transportasi dan jejak karbon terkait.

Selain bambu, beton ramah lingkungan atau geopolymer menjadi sorotan. Beton tradisional, terutama semen portland, adalah salah satu sumber utama emisi CO2 global karena proses produksinya yang intensif energi. Geopolymer, di sisi lain, dibuat dari bahan limbah industri seperti fly ash dan slag, yang mengurangi kebutuhan semen portland. Penelitian menunjukkan bahwa geopolimer tidak hanya mengurangi emisi CO2 hingga 80% dibandingkan dengan beton tradisional tetapi juga menawarkan ketahanan yang lebih baik terhadap bahan kimia dan suhu tinggi, serta memiliki umur pakai yang lebih panjang .

Insulasi berbasis serat alami juga menjadi pilihan populer dalam konstruksi bangunan ramah lingkungan. Bahan seperti wol domba, serat kelapa, dan selulosa tidak hanya memiliki sifat insulasi termal yang baik, tetapi juga mampu menyerap dan melepaskan kelembapan, membantu mengatur iklim dalam ruangan dan meningkatkan kualitas udara . Insulasi berbasis serat alami juga biodegradable, yang berarti dapat terurai secara alami tanpa meninggalkan jejak polusi.

Teknologi Energi Terbarukan

Selain bahan bangunan, teknologi energi terbarukan seperti panel surya dan sistem energi angin juga memainkan peran penting dalam konstruksi bangunan ramah lingkungan. Integrasi panel surya pada atap dan fasad bangunan memungkinkan bangunan untuk menghasilkan listrik sendiri, mengurangi ketergantungan pada sumber energi tidak terbarukan. Dalam jangka panjang, ini tidak hanya menurunkan biaya operasional tetapi juga mengurangi emisi gas rumah kaca. Studi menunjukkan bahwa rumah dengan panel surya dapat mengurangi tagihan listrik hingga 70% dan dalam beberapa kasus dapat menghasilkan surplus energi yang dapat dijual kembali ke jaringan listrik .

Sistem energi angin juga bisa diintegrasikan, terutama untuk bangunan tinggi yang sering terkena angin kuat. Turbin angin kecil dapat dipasang di atap atau di sekitar bangunan untuk membantu menghasilkan energi listrik tambahan. Meskipun teknologi ini mungkin belum sepopuler panel surya, potensinya dalam mengurangi jejak karbon bangunan sangat besar.

 Tantangan dan Solusi

Meskipun manfaatnya jelas, adopsi bahan alternatif ramah lingkungan dalam konstruksi masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah biaya awal yang lebih tinggi. Bahan-bahan ramah lingkungan seringkali lebih mahal daripada bahan konvensional. Misalnya, biaya pemasangan panel surya atau penggunaan bambu yang diolah dengan teknologi tinggi bisa lebih tinggi dibandingkan dengan material tradisional. Namun, penting untuk mempertimbangkan biaya dalam jangka panjang. Investasi awal yang lebih tinggi sering kali terbayar dengan penghematan energi, perawatan yang lebih rendah, dan peningkatan nilai properti .

Tantangan lain adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan di antara para pemangku kepentingan dalam industri konstruksi. Banyak arsitek, insinyur, dan kontraktor yang belum familiar dengan penggunaan bahan alternatif ini, yang dapat menghambat penerapannya. Pendidikan dan pelatihan yang lebih intensif serta promosi manfaat jangka panjang dari bahan ramah lingkungan diperlukan untuk mengatasi hambatan ini. Pemerintah dan organisasi profesional juga dapat memainkan peran penting dengan memberikan insentif dan sertifikasi untuk proyek-proyek yang menggunakan bahan ramah lingkungan.

Contoh Kasus Sukses

Beberapa proyek konstruksi di seluruh dunia telah menunjukkan keberhasilan penggunaan bahan alternatif ramah lingkungan. Di Bali, Indonesia, Green School adalah contoh luar biasa dari bangunan yang seluruhnya dibangun dari bambu. Sekolah ini tidak hanya menggunakan bambu untuk struktur bangunan tetapi juga untuk furnitur dan peralatan lainnya, menciptakan lingkungan belajar yang sepenuhnya berkelanjutan dan estetis .

Di Australia, Pixel Building di Melbourne adalah gedung perkantoran pertama yang mencapai skor karbon netral, menggunakan berbagai bahan ramah lingkungan seperti beton geopolymer dan insulasi berbasis serat alami. Gedung ini juga dilengkapi dengan panel surya dan sistem pengumpulan air hujan, menunjukkan bagaimana berbagai teknologi dan bahan dapat diintegrasikan untuk menciptakan bangunan yang benar-benar berkelanjutan .

Masa Depan Konstruksi Ramah Lingkungan

Ke depan, tren penggunaan bahan alternatif ramah lingkungan dalam konstruksi diperkirakan akan terus meningkat. Dengan semakin ketatnya regulasi lingkungan dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan, industri konstruksi tidak punya pilihan selain beradaptasi. Inovasi dalam material dan teknologi akan terus mendorong batasan apa yang mungkin dalam konstruksi ramah lingkungan. Misalnya, pengembangan bioplastik dan material berbasis mikroalga yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi konstruksi, dari insulasi hingga panel fasad, menunjukkan potensi besar untuk lebih mengurangi dampak lingkungan dari industri ini .

Selain itu, desain bangunan yang berorientasi pada keberlanjutan akan semakin umum. Pendekatan holistik yang mempertimbangkan siklus hidup penuh dari bahan bangunan, dari produksi hingga akhir masa pakainya, akan menjadi standar dalam industri. Metode konstruksi modular dan prefabrikasi yang menggunakan bahan ramah lingkungan juga diprediksi akan semakin populer, karena dapat mengurangi limbah konstruksi dan meningkatkan efisiensi pembangunan .

Kesimpulan

Penggunaan bahan alternatif ramah lingkungan dalam konstruksi bangunan adalah langkah penting menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan. Meskipun tantangan seperti biaya awal yang tinggi dan kurangnya kesadaran masih ada, manfaat jangka panjang yang ditawarkan oleh bahan-bahan ini jauh lebih besar. Dengan terus mendorong inovasi dan pendidikan, serta dukungan dari pemerintah dan masyarakat, industri konstruksi dapat beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan, menciptakan lingkungan binaan yang lebih sehat dan lestari untuk generasi mendatang.

Referensi

1. Harris, R., & Sharma, B. (2010). Bamboo as a Sustainable Building Material. Construction Materials Journal.

2. Davidovits, J. (2015). Geopolymer Chemistry and Applications. Geopolymer Institute.

3. Hall, M. R., & Allinson, D. (2009). Assessing the Environmental Performance of Natural Fibre-Based Building Materials. Sustainable Construction Materials.

4. Krauter, S. (2006). Solar Electric Power Generation - Photovoltaic Energy Systems. Springer.

5. McLennan, J. F. (2004). The Philosophy of Sustainable Design. Ecotone Publishing.

6. Green School Bali. (n.d.). Retrieved from Green School Bali Official Website.

7. Pixel Building. (n.d.). Retrieved from Pixel Building Official Website.

8. Reddy, M. S., & Yang, Y. (2015). Bioplastics and Their Applications.

Journal of Applied Polymer Science.

9. Smith, R. E. (2010). Prefab Architecture: A Guide to Modular Design and Construction. Wiley.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun