"Kinanti, dengarkan baik-baik. Kalau sesuatu terjadi padaku, kamu harus menemukan Mbah Karso di desa Kedungwuni. Dia satu-satunya orang yang masih bisa membaca tulisan ini."
"Mas, aku tidak mengerti..."
"Mereka ingin menghapus bahasa kita, Kin. Bukan hanya bahasa Tegal, tapi semua bahasa daerah. Karena dalam bahasa-bahasa itu tersimpan kode yang bisa membongkar kejahatan mereka."
Lift berhenti di lantai dasar. Satrio mengintip keluar. Kosong. Mereka berlari ke arah parkiran belakang.
"Mas Satrio!" teriak Kinanti tiba-tiba.
Satrio menoleh. Di ujung parkiran, Profesor Hendra, kepala lab mereka berdiri dengan pistol teracung.
"Sudah cukup main-mainnya, Satrio," kata Profesor Hendra dingin.Â
"Serahkan datanya."
"Ternyata memang bapak dalangnya," desis Satrio.
"Kau pikir kenapa pemerintah begitu gencar menghapus bahasa daerah dari kurikulum? Kenapa mereka mendorong penggunaan bahasa asing? Karena dalam bahasa lokal tersimpan bukti kejahatan mereka. Dokumen-dokumen rahasia, perjanjian gelap, semuanya dikodekan dalam bahasa daerah yang kini hampir punah."
"Dan bapak dibayar untuk memastikan rahasia itu tetap terkubur?"Â