Sayangnya, kita merasa 'tahu sama tahu" bahwa keluarga seyogyanya saling peduli dan menyayangi. Akibatnya, pesan penting ini cenderung diabaikan dan jarang sekali untuk diutarakan. Padahal, kita perlu belajar dan berlatih mengkomunikasikan kepedulian dan kasih sayang antar anggota keluarga. Lantas, bagaimana untuk memulai melakukan komunikasi positif antara orangtua dengan remaja?
Bagi orangtua, bila kita ingin agar remaja mau melakukan sesuatu hal yang baik, seperti membereskan pekerjaan rumah, maka kita perlu menyampaikannya dengan cara dan pilihan kata yang tepat. Biasanya, kita cenderung menyampaikan dalam bentuk perintah secara negatif, bernada ancaman atau bentakan.Â
Orangtua bisa belajar mengubah cara berkomunikasi dengan memberikan pertanyaan yang membuat remaja dapat mengutarakan jawaban, bukan pertanyaan yang bersifat defensif/menyerang remaja.
Misalnya, saat meminta remaja untuk membantu orangtua beres-beres di rumah, jangan gunakan pertanyaan "Kenapa sih kamu malas?" atau "Kenapa kamu tidak bisa kerjakan ini?".Â
Pertanyaan ini justru membebani remaja karena tidak akan ada jawaban yang benar yang dapat mereka berikan kepada orangtua.Â
Pertanyaan dapat diubah menjadi, "Apakah kamu punya ide yang dapat membantumu untuk mau melakukan tugas rumah? atau "Apa yang bisa Mama/Papa bantu supaya tugas rumah ini kamu kerjakan?" (1)
Kedua, memberikan dukungan emosional
Dukungan emosional berupa sikap empati dan penerimaan dapat menimbulkan kedekatan antara pihak pemberi dan penerima dukungan. Hal ini penting karena dapat meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) keluarga, baik pada pihak orangtua dan remaja.
Orangtua dapat mulai membuka percakapan dengan menunjukkan minat terhadap dunia remaja, misalnya: kegiatan yang dilakukan remaja, teman-teman dekatnya, hobi dan minatnya.Â
Dengan topik yang dekat dengan kesehariannya, remaja mau berbagi tentang hidupnya dan orangtua pun bersedia mendengarkan cerita dan keluh kesah remaja.
Sebaliknya, remaja juga perlu menunjukkan respon yang baik dengan menerima dukungan emosional dari orangtua. Bukan malah menolak dan menganggap negatif setiap perhatian yang diberikan.Â
Dengan demikian, ada proses timbal balik; yaitu memberi dan menerima dukungan emosional di kedua pihak. Alhasil, muncul rasa percaya (trust) dan kedekatan dalam relasi yang dibangun antara orangtua dengan remaja.