Ketika disaat Sultan Trenggono memimpin, Demak mulai menguasai daerah-daerah lain, seperti merebut sunda kelapa dari padjajaran, menghalau tentara portugis yang akan mendarat di sunda kelapa, Tuban, Madiun, Surabaya dan Pasuruan, Malang, blambangan, serta kerajaan hindu terakhir di ujung Timur pulau Jawa.
Kesultanan Demak runtuh pada pertengahan abad ke-16, dan memiliki alasan, yaitu perang saudara merebutkan tahta Kerajaan Demak, kerajaan Demak dikalahkan oleh Portugis di Malaka, kerajaan Demak dihancurkan oleh pasukan dari Panarukan, perang saudara antara Demak dengan Majapahit, dan tidak ada raja yang pandai dalam mengendalikan pemerintahan. Keruntuhan kerjaaan Demak dimulai setelah peristiwa kemangkatan Raja Ke 3 Demak Sultan Trenggana. Setelah kewafatanya pada Tahun 1546, yang menjadi Sultan Demak selanjutnya adalah Sunan Perwata anak dari Terenggana.
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja.
Sebagai pusat penyebaran Islam, Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar. Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak.Â
Dengan demikian terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan, para wali/ulama dengan rakyat. Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid maupun Pondok Pesantren.Â
Sehingga tercipta kebersamaan. Pesantren adalah cara penyebaran agama Islam yang efektif. Hitu yang berasal dari Ternate, pernah belajar di pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri. Setelah selesai belajar, ia menyebarkan agama Islam di Ternate.
REFERENSI: