Mohon tunggu...
Jessica Layantara
Jessica Layantara Mohon Tunggu... Ilmuwan - iiii

Rohaniawan. Pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

LGBT: Kristen Konservatif VS Kristen Liberal

11 Februari 2016   15:25 Diperbarui: 11 Februari 2016   18:14 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut Suleeman dan Rakhmat, kepuasan-kepuasan yang tidak wajar di Sodom dan Gomora bukanlah homoseksualitas, melainkan ketika mereka menginginkan untuk bersetubuh dengan dua malaikat di rumah Lot. Kepuasan yang tidak wajar ini dalam Bahasa aslinya adalah sarkon heteran, yang berarti mengingini tubuh yang “lain,” yang diartikan Rakhmat sebagai non-manusia atau malaikat. Lebih jauh lagi Suleeman mengatakan bahwa sarkon heteran mengacu pada tubuh-tubuh orang asing dan mengaplikasikan hal ini pada orang-orang Indonesia yang mencari kepuasan seksual dengan pelacur-pelacur dari luar negri, seperti Thailand dan Cina.

Penjelasan Rakhmat sangat tidak masuk akal, karena pada saat kejadian itu, orang-orang Sodom dan Gomora tidak mengetahui bahwa kedua laki-laki di rumah Lot adalah malaikat. Mereka hanya mengetahui bahwa ada dua pria asing dan mereka ingin menyetubuhi dua pria asing tersebut. Sarkon heteran tidak boleh diartikan sebagai mengingini bersetubuh dengan makhluk sejenis malaikat, tetapi adalah keinginan untuk bersetubuh dengan tidak wajar. Argumen Suleeman juga tidak dapat dibenarkan, karena seharusnya tidak ada yang aneh jika seseorang ingin menikah dan menikmati hubungan seksual dengan orang-orang asing atau orang-orang luar negri. Yang menjadi sorotan Alkitab bukan dengan siapa hubungan seks dilakukan, tetapi dengan cara bagaimana dan apakah dilakukan dengan wajar? Jelas sekali bahwa Paulus mengacu bukan pada tubuh orang asing, tetapi perbuatan bersetubuh yang tidak wajar, yang dalam hal ini adalah perilaku homoseksual.

Bagaimanapun, usaha kaum Kristen Liberal untuk membela kaum LGBT secara doktrin Kristen memang layak untuk diapresiasi. Mereka bukan orang-orang Kristen yang sembarangan memberikan argumen, sekalipun di dalam artikel ini saya menyangkali argumen-argumen mereka sebagai kebenaran. Argumen-argumen yang berbeda dari Kristen Liberal juga menandakan bahwa Kekristenan itu luas dan beragam, juga dengan berbagai penafsiran.

Kembali kepada persoalan LGBT, ternyata Kekristenan secara mayoritas masih tetap dapat meyakini argumennya menggunakan tujuh ayat “sakti” di atas. Bagaimanapun, tidak ada satupun doktrin dalam Kekristenan dapat digunakan untuk membenarkan homoseksual. Tindakan homoseksual sendiri merupakan tindakan yang tidak wajar di jaman Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, sekalipun saat ini kaum LGBT berusaha melegalkan perbuatan mereka di mana-mana. Kekristenan tetap meyakini bahwa manusia diciptakan Imago Dei, dengan dua gender, yaitu laki-laki dan perempuan, serta Tuhan memberkati persatuan keduanya untuk menghasilkan keturunan-keturunan.

Tujuh Ayat Sakti VS Dua Ayat Emas

Sekarang saya akan masuk ke sisi praktis dari Alkitab untuk menghadapi kaum LGBT. Kita harus memahami bahwa LGBT bukan hanya sekedar masalah doktrinal yang menyebabkan perang doktrin di mana-mana. Masalah LGBT adalah masalah etika, yang tergolong praktis dan juga harus diselesaikan sepraktis mungkin.

Walaupun secara doctrinal kita memiliki tujuh ayat sakti yang telah terbukti “masih sakti” sampai saat ini, jangan lupa bahwa Yesus Kristus juga memberikan kita dua ayat emas di dalam Matius 22:37-39

Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Apapun masalahnya, yang terutama adalah kasih. Kasih akan membuat kita menemukan banyak hal yang menarik dalam menangani kaum LGBT. Kasih akan membuka mata dan telinga kita terhadap apa yang sebenarnya dialami oleh sebagian besar kaum LGBT. Kasih akan membuat kita mampu menerima kelemahan mereka, tentu tanpa mendukung hal itu. Kasih akan membuat kita mampu mengalahkan rasa takut kita terhadap mereka. Kasih akan membuat kita tulus mencoba menolong mereka. Kasih adalah jawabannya.

 

NB: Dilarang memplagiat kerja keras saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun