Kehadiran puluhan idol group lain sebagai bentuk produk K-Pop membuat tidak selamanya semua orang memiliki minat yang sama. Bukan hanya ARMY, tapi terdapat banyak fandom lain yang turut eksis seperti, EXO L untuk boy group EXO, Blink untuk girl group BLACKPINK, dan masih banyak lagi.
Hal positif dari terbentuknya sebuah subkultur adalah memberikan ruang alternatif dari realitas sosial serta menjadi sebuah solusi bagi mereka yang memiliki sebuah dilema identitas.Â
Dengan keberagamaan fandom sebagai sebuah subkultur telah menjadi wadah bagi mereka dengan preferensi yang sangat beragam. Bukan hanya itu, ketika fandom sudah terbentuk pun, individu yang telah bergabung dapat dengan bebas mengekspresikan kesukaannya, yang tidak bisa diekspresikan dalam budaya dominan dalam masyarakat. Hal lain yang perlu diingat bahwasanya subkultur selalu bersifat dinamis dan terbentuk karena perbedaan selera yang tidak akan pernah dapat disamakan. Fandom yang mengalami perubahan, penambahan anggota, telah menunjukan kedinamisan suatu subkultur.Â
Lewat subkultur, jelas terlihat bahwa terdapat praktik politik identitas. Masing-masing fandom tentu memiliki keunikannya sendiri, dan merupakan representasi dari idola mereka. Dalam artikel ini, ARMY menjadi representasi bagi BTS, dan tentu memiliki identitas tersendiri yang membedakan ARMY dengan fandom lainnya.
Perihal budaya memang bukan ha sederhana untuk dipahami, bukan juga hal mudah untuk disederhanakan. Hakikat budaya populer mengajak kita melihat bahwa ini adalah sesuatu yang kompleks. Dengan uraian di atas mengenai budaya populer dengan K-Pop sebagai contoh diharapkan dapat menjadi sarana kita semua memahami sedikit banyak tentang budaya populer.Â
Tak lupa subkultur sebagai konsekuensi yang timbul dari budaya populer pun dapat menjadi jembatan guna mendapat pengetahuan baru. Tidak ada yang salah dengan budaya, kita semua sebagai manusia dengan sengaja diberikan akal dan budi oleh Pencipta untuk menjadi insan yang dengan toleransi terhadap segala macam budaya, baik itu budaya populer, maupun subkultur.
Daftar Pustaka
Barker. C & Chaniago (2005). Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Bentang Pustaka
Mukerji, C., & Schudson, M. (Eds.). (1991). Rethinking Popular Culture Contempory Perspectives in Cultural Studies. Univ of California Press.
People, G. (2021). Breaking Down BTS Label Big Hit's 2020 Earnings. Billboard. Dilansir pada: 20 Maret 2021.
Shadow, W. (2019). The "BTS Effect" on South Korea's Economy, Industry and Culture. Medium.com. Dilansir pada: 20 Maret 2021, dari: https://shadow-twts.medium.com/the-bts-effect-on-south-koreas-economy-industry-and-culture-975e8933da56