Mohon tunggu...
Jessica Carmelia
Jessica Carmelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jessica Carmelia [ Penerima Beasiswa Prestasi STP Trisakti 2022 ]

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengapa Dim Sum Tidak Disajikan dalam Porsi Besar?

11 Februari 2023   05:30 Diperbarui: 11 Februari 2023   05:32 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

“Kenapa porsi dim sum sedikit banget, ya? Gue lapar. Tapi, kalau seporsi isinya cuma segini, kayaknya gue harus pesan empat porsi sekaligus supaya kenyang.”

Saya pernah—secara tidak sengaja—mendengar kalimat itu terlontar dari sesama pelanggan yang duduk di seberang meja saya, tepatnya ketika saya bersama kedua orang tua dan adik menghabiskan waktu bersama di salah satu restoran dim sum di wilayah Alam Sutera. Beliau bertanya-tanya, mengapa dim sum disajikan dalam porsi yang sangat kecil? Padahal, makanan tersebut memiliki rasa yang lezat dan aroma yang menggiurkan. Beliau yakin, bila dim sum disajikan dalam porsi besar sekaligus, tidak akan ada penyesalan baik dari pihak restoran maupun pelanggannya.

Mendadak ikut memikirkan jawabannya sambil mengunyah siomay yang telah dicocol chili oil, mata saya jatuh pada dua buah bamboo steamer yang sudah kosong di sebelah tangan saya.

Benar juga.

Mengapa dalam satu porsi dim sum hanya disajikan sebanyak tiga sampai empat buah saja?

Meski masih ada beberapa porsi dim sum lagi yang akan saya dan keluarga santap bersama, tetapi saya sendiri hampir menghabiskan porsi ketiga dari kudapan itu dan rasanya saya masih ingin menambah lagi.

Hingga kemudian saya mempelajari bahwa makanan kecil asal Tiongkok tersebut ternyata memiliki alasan dan kisahnya sendiri di balik porsi yang terlihat sangat minimalis itu.

Jadi, di sekitar abad ketiga, masyarakat Tiongkok Selatan menjadikan dim sum sebagai camilan yang kerap mereka nikmati ketika minum teh di sore hari. Oleh sebab itu, dim sum disajikan dalam porsi sedikit karena sifatnya memang bukan sebagai makanan utama yang disantap bersama nasi ataupun mi.

Akan tetapi, tidak ada peraturan tertulis mengapa jumlah dim sum harus tiga buah, bukan dua, apalagi lima. Sepulang dari restoran tersebut, saya mulai menyelami internet untuk mencari penjelasan akan hal itu. Kursor saya bergerak cepat, mengunjungi situs-situs yang saya temui bermodal keyword seadanya.

Sampai akhirnya saya berhasil menemukan informasi mengenai arti dan makna dimsum bagi masyarakat Tiongkok sejak dulu hingga saat ini.

Selain menjadi kudapan kecil, ternyata dimsum juga bermakna besar. Masyarakat telah menganggap kudapan mungil itu sebagai makanan penyentuh hati karena dim sum bisa membuat mereka berkumpul bersama teman-teman dan keluarga untuk menciptakan suasana yang hangat. Dengan menyantap dimsum, mereka dapat merasakan esensi dari berbagi makanan dan hidup berbahagia. Mungkin karena itu pula, dim sum hanya disajikan sebanyak tiga buah untuk bisa disantap bersama-sama.

Selain untuk menghindari kepercayaan yang mengatakan bahwa angka empat adalah bentuk dari kesialan, angka tiga sendiri bisa melambangkan anggota keluarga secara umum, di mana terdapat 1 ayah, 1 ibu, dan 1 anak. Sehingga, dalam setiap porsinya, dim sum mencerminkan arti keluarga dan kebersamaan.

Tidak ada salahnya juga bila ingin memesan dim sum dalam porsi banyak untuk sekali santap, tetapi makna dan kisah tersebutlah yang ujung-ujungnya tetap membuat dim sum yang kita pesan disajikan dalam bamboo steamer yang berbeda-beda dalam porsi kecil alih-alih menggunakan piring raksasa untuk menampung semuanya sekaligus.

Usai mempelajari makna penting tersebut, saya kembali teringat akan seseorang di meja seberang. Meski beliau mengaku sangat lapar dan kerap menyuarakan kalimat hiperbolisnya bahwa ia sanggup melahap puluhan dim sum, ketika makanan-makanan tersebut disajikan oleh pramusaji restoran, beliau dengan senang hati meletakkannya di tengah meja agar rekan-rekan yang duduk di seberangnya juga dapat menikmati.

Mengingat kembali bahwa setiap masakan ternyata memiliki cerita unik dan maknanya sendiri—termasuk dim sum mungil nan menggiurkan yang tersaji kala itu—saya harap, beliau yang menempati meja seberang juga bisa segera mendapatkan jawaban dari pertanyaannya sore itu.

Ditulis oleh: Jessica Carmelia, Penerima Beasiswa Prestasi STP Trisakti 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun