Mohon tunggu...
Jessica Anjelina Situmorang
Jessica Anjelina Situmorang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43222120038 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2-Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

20 November 2024   00:15 Diperbarui: 20 November 2024   18:53 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, konsep memimpin diri untuk memimpin orang lain menekankan pentingnya membangun integritas dan kesadaran moral sebagai dasar kepemimpinan yang efektif.

Dalam konteks modern, ajaran ini dapat diterapkan melalui pendidikan karakter, pelatihan spiritual, dan pembentukan budaya organisasi yang mendukung nilai-nilai kebatinan. Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip ini, masyarakat dapat menciptakan pemimpin yang tidak hanya kompeten tetapi juga memiliki moralitas yang kuat, sehingga mampu menciptakan lingkungan yang lebih adil dan bebas dari korupsi.

Bagaimana cara Menerapkan Ajaran Kebatinan untuk Pencegahan Korupsi?

Pendidikan Karakter Berbasis Kawruh Jiwa

Pendidikan karakter menjadi salah satu aspek krusial dalam membentuk individu yang memiliki integritas moral dan tanggung jawab sosial. Dalam hal ini, pendidikan karakter yang berbasis kawruh jiwa---ilmu yang berfokus pada pengelolaan jiwa, pikiran, dan perasaan---dapat memberikan dasar yang kuat dalam membentuk karakter yang bersih dan tidak mudah tergoda oleh praktik korupsi. Ajaran Ki Ageng Suryomentaram tentang pengendalian diri dan kesadaran akan alam jiwa merupakan landasan yang sangat relevan dalam pembangunan karakter individu di segala lini kehidupan, baik dalam pendidikan formal maupun nonformal.

Mengintegrasikan Kawruh Jiwa dalam Kurikulum Pendidikan

Mengintegrasikan kawruh jiwa dalam kurikulum pendidikan adalah langkah awal yang sangat penting untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran moral yang tinggi. Pendidikan di sekolah-sekolah dapat dimulai dengan memberikan pemahaman dasar mengenai pentingnya pengendalian diri dan memahami keseimbangan dalam hidup. 

Hal ini bisa dimulai dengan memasukkan konsep-konsep dasar kebatinan dalam mata pelajaran pendidikan agama atau pendidikan moral. Misalnya, siswa dapat diberikan pemahaman tentang prinsip marem (rasa cukup), tenteram (ketenangan batin), lila (keikhlasan), dan legawa (kerelaan), yang kesemuanya mengajarkan mereka untuk hidup dengan lebih bijaksana dan tidak terjebak dalam ambisi atau keinginan berlebihan yang dapat menjerumuskan pada perilaku korupsi.

Di tingkat perguruan tinggi, pendidikan kawruh jiwa bisa diintegrasikan dalam bentuk mata kuliah khusus yang mengajarkan mahasiswa tentang prinsip-prinsip kehidupan yang menekankan pada kesadaran diri dan pengelolaan ego. 

Kuliah-kuliah seperti "Etika dan Spiritualitas dalam Kepemimpinan" atau "Filosofi Kehidupan dan Tanggung Jawab Sosial" dapat diberikan untuk membekali para calon pemimpin masa depan dengan nilai-nilai kebatinan yang akan mengarahkan mereka pada pemikiran yang lebih dalam dan tindakan yang lebih bermoral dalam kehidupan profesional mereka.

Menyelenggarakan Pelatihan Kebatinan untuk Pejabat Publik dan Aparatur Negara

Pendidikan kebatinan tidak hanya diperlukan untuk generasi muda, tetapi juga untuk pejabat publik dan aparatur negara. Pejabat publik sering kali menghadapi tekanan besar dalam menjalankan tugas mereka, baik dari segi politik, ekonomi, maupun sosial. 

Dalam kondisi ini, pelatihan kebatinan menjadi penting sebagai alat untuk memperkuat integritas dan ketahanan moral mereka. Pelatihan ini bisa berupa seminar, workshop, atau pelatihan rutin yang berfokus pada pengembangan diri, pengelolaan ego, dan penyadaran akan tanggung jawab yang lebih besar terhadap masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun