Kepemimpinan adalah tanggung jawab besar yang menuntut integritas, kompetensi, dan moralitas. Namun, seorang pemimpin tidak akan mampu memimpin orang lain secara efektif jika ia gagal memimpin dirinya sendiri. Dalam ajaran Ki Ageng Suryomentaram, kepemimpinan diri menjadi langkah awal yang penting sebelum seseorang memikul tanggung jawab sosial atau profesional yang lebih besar.
Kepemimpinan diri melibatkan kemampuan untuk mengendalikan ego, memahami tanggung jawab, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral. Pemimpin yang tidak mampu memimpin dirinya sendiri cenderung mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan umum.Â
Hal ini dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan keputusan yang merugikan masyarakat. Oleh karena itu, ajaran Ki Ageng Suryomentaram memberikan pedoman spiritual dan etis yang relevan dalam membentuk pemimpin yang berkualitas.
Salah satu elemen kunci dari kepemimpinan diri adalah pengendalian ego. Seorang pemimpin yang egois akan cenderung mendominasi, sulit menerima kritik, dan tidak mau bekerja sama dengan orang lain. Dalam ajaran kebatinan, pengendalian ego dilakukan melalui refleksi mendalam untuk mengenali dorongan-dorongan destruktif dalam diri. Proses ini membantu pemimpin untuk bertindak dengan rendah hati dan bijaksana, serta fokus pada kepentingan bersama.
Selain itu, kepemimpinan diri juga memerlukan pemahaman yang mendalam tentang tanggung jawab. Dalam pandangan Ki Ageng Suryomentaram, tanggung jawab bukan hanya terhadap diri sendiri tetapi juga terhadap orang lain dan lingkungan.Â
Pemimpin yang bertanggung jawab akan selalu mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang diambilnya. Ajaran kebatinan, seperti manunggaling rasa, membantu pemimpin untuk mengembangkan empati dan kesadaran terhadap kebutuhan orang lain.
Integritas adalah elemen lain yang tidak kalah penting dalam kepemimpinan diri. Seorang pemimpin yang memiliki integritas akan selalu berusaha untuk menjalankan tugasnya dengan jujur dan transparan. Dalam kebatinan, integritas bukan hanya tentang tidak melakukan korupsi, tetapi juga tentang keberanian untuk bertindak sesuai dengan hati nurani meskipun menghadapi tekanan atau risiko besar.
Ajaran Ki Ageng Suryomentaram juga relevan dalam membentuk kepemimpinan yang lebih manusiawi. Dalam dunia yang semakin kompetitif, banyak pemimpin yang terjebak dalam ambisi dan ketamakan, sehingga melupakan nilai-nilai moral. Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip kebatinan, seperti marem, tenteram, lila, legawa, pemimpin dapat menjaga keseimbangan antara pencapaian tujuan dan kedamaian batin.
Penerapan kepemimpinan diri ini tidak hanya berlaku di tingkat individu tetapi juga dalam konteks organisasi. Organisasi yang dipimpin oleh individu yang memiliki kepemimpinan diri yang kuat cenderung lebih sukses dalam menciptakan budaya kerja yang sehat dan produktif.Â
Pemimpin yang mampu memimpin dirinya sendiri akan menjadi teladan bagi anggota timnya, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan kepercayaan, kolaborasi, dan inovasi.
Ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram memberikan panduan yang sangat relevan dalam upaya pencegahan korupsi dan pembentukan kepemimpinan yang bermoral. Dengan mengatasi ketamakan dan ego melalui refleksi dan pengendalian diri, seseorang dapat menjadi individu yang lebih jujur dan bertanggung jawab.Â