Mohon tunggu...
Nona Ina
Nona Ina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Nama saya bukan Ina, tapi saya suka di panggil Ina. Saya hanya seorang pelajar SMA asal Nusa Tenggara Timur yang mencoba menuangkan ide-ide saya kedalam tulisan. Hobi saya menulis, membaca dan merindu. Hahahaha hanya bercanda tapi saya serius. Selamat membaca, suka tidak suka itu urusan anda.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Demi Sebuah Mimpi

5 September 2023   16:56 Diperbarui: 8 September 2023   13:14 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

  Malam kian larut, bintang-bintang malam ini tampak indah bergelantung di langit malam. Biasanya malam-malam seperti ini akan Aku lewati bersama Mama dan Bapa, serta Radi adik-Ku  dengan bercanda atau membahas hal-hal yang kami lalui sepanjang hari yang melelahkan. Akan ada singkong atau jagung rebus yang menemani obrolan panjang kami. Ah, sudah lama sekali hal-hal itu terlewatkan, semenjak Aku memilih merantau demi menimbah ilmu di kota pelajar, Yogyakarta. Terhitung sudah tiga tahun Aku tak pulang, lebih memilih tetap di kota ini dari pada pulang dengan biaya yang bisa untuk membayar uang kos-Ku dua bulan. Ingatanku kembali pulang pada malam dimana pada akhirnya merantau ke Yogyakarta menjadi keputusan yang disetujui.

 "Kenapa tidak kuliah disini saja. Rini bisa ambil jurusan Pendidikan lalu lulus dan mengajar. Untuk biaya sampai ke Jogja Mama dan Bapa tidaklah sanggup. " Kata-kata Mama malam itu mematahkan semangat dan mimpiku.

"Rini tidak ingin jadi guru Ma. Rini ingin kuliah arsitektur dan kualitas pendidikan untuk jurusan yang Rini pilih belum memadai, sia-sia Rini kuliah disini. Ijinkan Rini ke Jogja Ma, untuk biaya kuliah Rini bisa cari beasiswa atau Rini bisa kerja dulu tahun ini lalu menabung untuk membayar biaya uang gedung, sisanya Rini bisa kuliah sambil bekerja untuk membayar uang SPP-nya." Ujar-Ku berusaha meyakinkan Mama.

"Bapa tidak mau Rini kerja, selagi Bapa dan Mama masih hidup dan masih kuat bekerja Rini harus melanjutkan sekolah dengan uang dari Bapa dan Mama." Bapa bersuara, membantah keputusanku dengan tegas. "

"Lalu Rini harus bagaimana, Rini tidak mau kuliah disini dan jadi guru, Rini ingin kerja untuk sendiri membiayai kuliah Rini juga tidak dijinkan, Mama dan Bapa janji akan membebaskan Rini memilih sendiri jalan Rini lalu kenapa sekarang jadi seperti ini?" sedikit meninggikan suara, Aku terus kukuh dengan pilihan yang Aku ambil.

  Aku ingat bagaimana tegangnya suasana malam itu, lama kami berdebat di beranda rumah hingga akhirnya keputusan di ambil. Aku dijinkan menimbah ilmu di Jogja, dan Bapa memutuskan merantau ke tanah Kalimantan sebagai buruh kelapa sawit sebab jika hanya mengandalkan hasil kebun tentu tidak akan cukup. Aku berjanji kepada Mama akan berusaha meraih beasiswa dengan cara apapun agar tidak terlalu membebani Bapa. 

  Itu sudah tiga tahun lalu, semuanya telah Aku lalui. Tentunya tidak mudah, Aku jatuh bangun belajar hingga menerima beasiswa secara penuh sehinga tidak perlu membayar sepeserpun sejak semester 3. Kini Aku tengah sibuk menyusun tugas akhir, Ya Aku mengambil jalur kuliah Ast-track Program dimana Aku hanya berkuliah selama tiga setengah tahun. Akupun sudah diterima menjadi seorang Desainer pencahayaan di sebuah Even Organizer yang cukup terkenal di Jogja setelah banyak memasukkan lamaran ke berbagai perusahaan. Sedikit lagi semua perjuangan Bapa dan Mama akan segera terbayar, Bapa akan pulang dan berhenti bekerja sebagai buruh, Radi akan senang hati memilih Sekolah Menengah Atas dimanapun Ia mau tanpa harus pusing akan biayanya, dan Aku berhasil menutup mulut orang-orang kampung yang kemarin meragukan keluarga-Ku. Keputusan yang Aku ambil tiga tahun lalu  memang terkesan egois, namun Aku tidak punya pilihan lain. Jika tiga tahun lalu Aku menyerah dan memilih mengikuti keputusan Bapa dan Mama tentunya Aku tidak akan pernah mengecap buah manis yang sekarang. Tiga tahun bukanlah waktu yang mudah bagiku, Aku ingat betul bagaimana suatu malam Aku hanya makan nasi kosong tanpa lauk karena uang bulananku habis. Lalu saat dimana Aku di bentak-bentak pemilik kos-an karena terlambat membayar uang kos. Semua itu telah terlewatkan dan Aku berhasil melaluinya. Sebentar lagi Aku akan bertemu Bapa, Mama dan Radi, melepas tuntas rinduku, sungguh aku sudah tidak sabar.

***

 Sore ini Aku putuskan untuk mampir sebentar ke sebuah Kafe dekat kampus, menikmati suasana Jogja saat sore sebelum nantinya kembali sibuk dengan dunia kerjaku. Tiga minggu lagi aku wisuda, Bapa dan Mama-pun rencananya akan datang mendampingiku nanti. Sungguh aku sudah tidak sabar menanti saatnya tiba. Hati-Ku rasanya sangat bahagia hingga sebuah berita yang disiarkan di televisi kafe mengubah segalanya.

  "Salah seorang buruh kebun kelapa sawit asal Kabupaten  Sikka, NTT, meninggal dunia saat kecelakaan kerja di Kalimantan dan jenazah rencananya akan di pulangkan ke kampung halaman.

Dominikus  meninggal dunia dalam usia 50 tahun pada Selasa, 3 November pukul 14.00 Waktu Indonesia Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun